Hidayatullah.com–Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu telah mengatakan kepada mitranya dari Ethiopia bahwa negaranya memiliki niat untuk “segera” membawa lebih dari 2.000 orang Yahudi Ethiopia. Pengumuman itu datang pada Jumat (09/10/2020) setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Abiy Ahmed, Daily Sabah melaporkan.
Kantor Netanyahu mengatakan keputusan itu “keluar dari komitmennya untuk melanjutkan migrasi orang Yahudi ke ‘Israel’.”
Sekitar 13.000 orang Yahudi Ethiopia berada di ibu kota, Addis Ababa, serta Gondar, kebanyakan dari mereka menunggu untuk dibawa ke ‘Israel’.
Sebagian besar mereka hidup dalam kondisi yang mengerikan dan mengancam akan melakukan mogok makan jika mereka tidak diizinkan melakukan perjalanan ke ‘Israel’. Banyak yang mengatakan mereka memiliki anggota keluarga yang menetap di negara Yahudi.
“Sekitar 250 orang telah pergi ke ‘Israel’ dalam setahun terakhir sampai Covid-19 datang. Sekarang perjalanan telah berhenti, tetapi pejabat Zionis melakukan wawancara online, ”Nigusie Alemu Eyasu, direktur program Komunitas Yahudi Ethiopia, mengatakan kepada The Associated Press (AP).
Aktivis mengatakan pemerintah Zionis pada 2015 berjanji untuk membawa sisa orang Yahudi Ethiopia ke wilayah mereka.
Pada tahun 1991, ketika Ethiopia berada di tengah-tengah perang saudara, ‘Israel’ melakukan Operasi Solomon, mengangkut sekitar 14.500 orang Yahudi Ethiopia keluar dari negara itu dalam waktu kurang dari dua hari.
Sebelumnya, Kepala Badan Yahudi untuk ‘Israel’, Isaac Herzog, mengatakan negara Zionis itu berencana menarik 250.000 imigran Yahudi untuk menetap di negara penjajah itu selama tiga hingga lima tahun.
Menurut hukum ‘Israel’, semua orang Yahudi, tidak peduli di mana mereka lahir atau apa nenek moyang mereka, adalah warga negara Israel yang berhak. Sejumlah organisasi membantu mereka membuat Aliyah, imigrasi ke ‘Israel’ dengan janji pekerjaan dan stabilitas.
Orang Yahudi Ethiopia sering disebut di negara mayoritas Kristen Ortodoks itu sebagai “Falashas”, istilah merendahkan yang diterjemahkan sebagai “orang asing” atau “migran”.*