Hidayatullah.com – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ), pada Kamis mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang menegaskan akan menolak kesepakatan apapun jika tidak mencakup penarikan penjajah ‘Israel’ dari Jalur Gaza.
Pernyataan bersama tersebut dikeluarkan setelah pertemuan antara Sekretaris Jenderal PIJ Ziad Nakhala dan Kepala Dewan Syura Hamas Mohammad Darwish di ibukota Qatar, Doha.
Dua gerakan perjuangan Palestina itu menekankan “perlunya menghentikan agresi dan perang yang dialami rakyat Palestina dan menghukum para pemimpin penjajah atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap kemanusiaan.”
“Posisi perlawanan dan rakyat Palestina dalam mencapai kesepakatan apa pun adalah penghentian agresi yang komprehensif, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dimulainya rekonstruksi, dan diakhirinya pengepungan dengan kesepakatan pertukaran yang serius,” tambah pernyataan bersama itu.
Pernyataan tersebut juga menyatakan “para pemimpin penjajah bertanggung jawab untuk membatalkan upaya yang dilakukan oleh para mediator melalui desakan mereka untuk melanjutkan agresi dan menolak apa yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, terutama proposal yang disetujui oleh gerakan [Hamas] pada tanggal 2 Juli.”
Selain itu, pernyataan Hamas dan PIJ kembali menyerukan untuk pengiriman segera bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang cukup kepada masyarakat Gaza, dan memperingatkan “konsekuensi dari hukuman kolektif yang terus berlanjut” oleh Israel.
Pernyataan bersama Hamas dan PIJ muncul ketika babak baru pembicaraan gencatan senjata – tanpa dihadiri oleh Hamas – diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.
Pertemuan-pertemuan tersebut awalnya dijadwalkan pada hari Rabu di ibukota Mesir, namun ditunda hingga tanggal yang belum ditentukan.
“Pertemuan tingkat tinggi di Kairo mengenai negosiasi akan diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Tim negosiasi bekerja sepanjang waktu untuk menjembatani kesenjangan, termasuk file Philadelphia dengan Mesir,” kata seorang pejabat Zionis ‘Israel’ kepada Yedioth Ahronoth pada hari Kamis.
Hamas telah menolak proposal baru yang didukung oleh Amerika Serikat – yang menurut Washington telah disetujui oleh ‘Israel’ – karena gagal memenuhi tuntutan kelompok tersebut untuk gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan beberapa isu lainnya.
Tidak jelas apa saja yang ada di dalam proposal baru tersebut. Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Al-Sharq pada tanggal 20 Agustus bahwa proposal tersebut tidak mencakup penarikan ‘Israel’ dari Koridor Philadelpia di perbatasan Gaza-Mesir, seperti yang ditetapkan oleh Hamas.
Netanyahu sendiri mengkonfirmasi pada tanggal 20 Agustus bahwa Israel akan menolak penarikan apapun dari perbatasan Gaza-Mesir.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa proposal tersebut menuntut adanya mekanisme penyaringan untuk memeriksa warga Gaza yang mengungsi yang akan kembali ke jalur utara sebagai bagian dari kesepakatan – salah satu dari sekian banyak persyaratan Israel yang mempersulit negosiasi baru-baru ini.
Proposal tersebut juga tidak menjamin gencatan senjata permanen. Proposal AS menyatakan bahwa “gencatan senjata permanen akan dibahas pada tahap kedua dalam batas tertentu, dan jika Hamas tidak menyetujui tuntutan Israel, tentara akan kembali berperang dan melakukan operasi militernya,” menurut sumber tersebut.*