Hidayatullah.com–Kelompok perlawanan Palestina Hamas telah menolak pernyataan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed yang mengaitkan kelompok itu dengan aksi terorisme. Pekan lalu, Abdullah bin Zayed mengkritik kegagalan dengan menunjuk Hamas, sebagai kelompok teroris.
“Seruan Bin Zayed (pemimpin UEA) untuk negara-negara Barat dengan menunjuk Hamas sebagai ‘kelompok teroris’ bertentangan dengan nilai-nilai Arab,” kata juru bicara Hamas Hazem Qasim melalui akun Twitter.
Pernyataan-pernyataan ini, kata juru bicara itu, sejalan dengan “propaganda Zionis yang gagal dan bertentangan dengan dukungan publik Arab terhadap perlawanan di Palestina.”
“Sangat disayangkan bahwa beberapa negara tidak bertindak lebih jelas dalam mengklasifikasikan beberapa organisasi, seperti Hamas, Hizbullah atau Ikhwanul Muslimin,” kata Abdullah bin Zayed saat berpidato di Komite Yahudi Amerika.
“Sungguh menggelikan bahwa beberapa pemerintah hanya menyebut cabang militer dari sebuah organisasi teroris dan melampaui cabang politiknya, sementara tidak ada perbedaan di antara mereka,” tambah bin Zayed.
Uni Emirat Arab (UEA) adalah negara Arab paling terang-terangan mendukung dan bekerjasama dengan Zionis Israel. Pada September 2020, UEA dan Israel menandatangani kesepakatan yang disponsori AS untuk menormalkan hubungan mereka.
Bahkan ketika berlangsung serangan 11 hari di Jalur Gaza oleh penjajah Israel terjadi, Dubes UEA untuk Israel mengunjungi Tel Aviv untuk meminta berkah pada rabbi Yahudi.
Sebuah media Israel menerbitkan gambar duta besar UEA untuk Israel, Muhammad Al Khajah, yang mengunjungi Kepala Dewan Tetua Taurat di Yerusalem. Kementerian Luar Negeri Israel menerbitkan foto-foto Al Khajah, dan mengatakan bahwa hari ini dia mengunjungi Ketua Dewan Taurat, Kepala Rabbi Shalom Cohen di rumahnya di Yerusalem, di mana dia telah mendapatkan “berkah dari para Rabbi,” kutip @Israelarabic) pada 30 Mei 2021.
Halaman itu juga menunjukkan bahwa percakapan antara Duta Besar Muhammad Al Khaja dan Rabbi Shalom Cohen “berputar di sekitar perjanjian Ibrahim dan mereka bertukar hadiah secara simbolis.” Duta Besar juga mengundang Shalom Cohen untuk berpartisipasi dalam peresmian Kuil Tiga Agama Ibrahim di Abu Dhabi.
Selama bertahun-tahun, Putra Mahkota Abu Dhabi, penguasa de facto UEA, Mohammed bin Zayed, menjalin hubungan dekat dengan Badan Keamanan Umum Israel, Mossad, dan bekerja untuk mengembangkannya, yang mengarah pada penandatanganan perjanjian yang menyatakan normalisasi dengan Tel Aviv pada pertengahan September.
Dengan peresmian perjanjian yang disebutkan di atas dan persetujuan rezim UEA untuk melakukan perjalanan antara UEA dan Israel tanpa visa. Bin Zayed juga akan mengubah UEA menjadi pusat regional untuk kegiatan Mossad.
“Perjanjian bilateral yang diumumkan dan kedatangan delegasi [UEA], semuanya akan memperkuat tindakan [Israel] dalam melakukan agresi dan kejahatan terhadap rakyat Palestina, hanya akan menambah kesombongan [Israel],” kata Wasel Abu Youssef, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, kepada kantor berita Reuters, saat menggambarkan kunjungan pertama pejabat UEA ke Israel tahun 2020.*