Hidayatullah.com—Puluhan ribuan warga Palestina melaksanakan shalat Tarawih pada Jumat malam, malam pertama bulan Ramadhan yang penuh berkah, meskipun ada pembatasan dan pengetatan yang diberlakukan oleh pasukan penjajah ‘Israel’, kutip Safa News.
Puluhan ribu orang melaksanakan shalat Tarawih pada malam pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Al-Aqsha yang diberkahi, di tengah pengetatan dan pembatasan pihak penjajah ‘Israel’, mencakup pendirian pos pemeriksaan di jalan menuju masjid, dari Kota Tua di Baitul Maqdis (Yerusalem) yang diduduki.
Menurut perkiraan Palestina, sekitar 60.000 jamaah, dari wilayah Baitul Maqdis yang diduduki, melaksanakan shalat, yang dipimpin oleh Syeikh Yusuf Abu Sneineh dan Syeikh Muhammad Ali Al-Abbasi.
Dalam khutbah yang disiarkan melalui pengeras suara, Direktur Masjid Al-Aqsha, Syeikh Umar Al-Kiswani, mengajak masyarakat untuk datang ke Masjid Al-Aqsha, seraya menekankan bahwa masjid tersebut adalah “tempat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah,” serta menyerukan “ketenangan dan spiritualitas” di balik dinding-dindingnya.
Mufti Besar Baitul Maqdis dan Wilayah Palestina, Ketua Dewan Fatwa Tertinggi, Mufti Muhammad Hussein, mengumumkan Jumat malam bahwa hari Sabtu, adalah hari pertama bulan suci Ramadhan.
“Besok, Sabtu, tanggal 1 Maret 2025, akan menjadi hilal bulan Ramadhan yang penuh berkah tahun ini, 1446 H,” ujarnya.
Pembatasan Masjid Al-Aqsha
Rekaman menunjukkan pasukan penjajah ‘Israel’ melecehkan dan mengintimidasi anak-anak, melakukan penggeledahan yang memalukan, dan mencegah ratusan orang mencapai masjid untuk shalat.
Banyak jamaah yang ditolak masuk, terutama setelah penjajah ‘Israel’ mengumumkan pembatasan terhadap pria di bawah usia 55 tahun, wanita di bawah usia 50 tahun, dan anak-anak di atas 10 tahun.
‘Israel’ menyatakan bahwa shalat di Masjid Al-Aqsha selama Ramadhan akan dikenakan pembatasan keamanan, yang meningkatkan tindakannya terhadap warga Palestina.
Sementara itu, Pusat Informasi Hak Asasi Manusia Wadi Hilweh di Yerusalem mengatakan bahwa pasukan penjajah telah menempatkan “penghalang dan penghalang besi di jalan menuju Al-Aqsha dan di gerbangnya.”
Ia menunjukkan bahwa “seorang anak laki-laki ditangkap, digeledah secara fisik, dan diserang dengan cara mendorong dan memukul saat ia berjalan menuju Al-Aqsha untuk melaksanakan shalat Isya dan Tarawih.”
Lembaga HAM tersebut mengonfirmasi – di halaman Facebooknya – bahwa pasukan penjajah telah menangkap sebuah keluarga Palestina dari Yerusalem di dalam Masjid Al-Aqsha.
Ia menambahkan bahwa pasukan pendudukan menangkap “keluarga jurnalis Yerusalem Mohammed Sadiq, istrinya Bayan al-Jubeh, dan putri mereka,” seraya mencatat bahwa “penahanan jurnalis Bayan telah diperpanjang hingga besok, mengingat ia sedang hamil tua, dan suaminya telah dibebaskan dengan syarat ia dilarang memasuki Al-Aqsha selama seminggu, dengan kemungkinan perpanjangan larangan selama beberapa bulan.”
“Ibu jurnalis, Bayan Al-Juba, akan menghabiskan malam ini, malam menjelang hari pertama Ramadhan, jauh dari keluarganya setelah penahanannya diperpanjang,” ujar Pusat HAM itu dikutip Al Jazeera.
Sebelumnya hari Jumat, Channel 14 Israel melaporkan bahwa polisi penjajah bermaksud mengerahkan pasukan tambahan di Baitul Maqdis (Yerusalem) yang diduduki, terutama di sekitar Masjid Al-Aqsha, pada awal Ramadhan.
Saluran tersebut memperkirakan peningkatan jumlah petugas polisi sekitar dua ribu, dan mencatat bahwa pengerahan keamanan intensif akan dilakukan di area yang luas di kota Yerusalem, pintu masuk dan keluarnya, dan di banyak persimpangan di sekitarnya.
Penguatan keamanan ini dilakukan setelah otoritas penjajah ‘Israel’ memutuskan membatasi akses warga Palestina ke Masjid Al-Aqsha, karena mereka tidak akan mengizinkan lebih dari 10.000 warga Palestina dari Tepi Barat untuk mencapainya selama hari Jumat di bulan Ramadhan.*/sf, aj