AHAD, 16 September 2012 lalu, Indonesia kedatangan ulama Salafi, Ahlus
Sunnah asal Yordania, Syeikh Ali Hasan bin Abdul Hamid al-Halabi. Seorang murid
dari ahli hadits, Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, rahimahullah.
Di sela waktunya yang padat, beliau menyempatkan diri diwawancarai wartawan hidayatullah.com, Surya Fachrizal Ginting. Usai menyantap sarapan pagi sebelum mengisi Tabligh Akbar di Masjid Istiqlal, Jakarta. Beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lugas dan ramah. Berikut petikannya.
Bagaimana pandangan Anda terhadap revolusi yang terjadi di negara-negara Arab belakangan ini?
Sebenarnya saya telah menulis hal itu dalam kitab saya Da’wah Salafiyah al-Hadiyah, Wa Mauqifuha Bainal Fitan al-‘Ashriyah al-Jariyah. Kitab itu membahas dengan lengkap
masalah ini (revolusi, pemberontakan, dan huru-hara, red).
Tapi saya akan memberikan jawaban-jawaban singkat akal hal ini. Saya katakan, kami menolak revolusi dan menolak keluar dari ketaatan terhadap pemimpin yang masih Muslim. Bersamaan dengan itu saya juga tidak setuju dengan negara-negara (yang mayoritas berpenduduk Islam) yang tidak menerapkan hukum Allah dan (penguasanya) melakukan perusakan.
Karena itu, kami tidak menginginkan berbagai kekerasan terjadi di negeri-negeri lain yang (saat ini) selamat dari hal itu.
Bagaimana dengan yang terjadi di Suriah?
Saya tidak mengatakan hal itu berlaku untuk yang terjadi di Suriah. Apa yang terjadi di Suriah berbeda dengan yang terjadi di tempat lain. Alasan pertama, pemerintah Suriah itu kafir. Dan yang kedua, yang terjadi di Suriah adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang Islam.
Syeikh, Apa pendapat Anda tentang Syiah di negeri ini dan di sejumlah Negara? Benarkah Syiah selalu ingin melakukan revolusi?
Fitnah Syiah fitnah yang sangat berbahaya terhadap negeri, juga terhadap negeri (Indonesia) ini. Saat ini, mereka menganggap zaman ini sebagai zaman mereka. Tadinya mereka bersembunyi, kini mereka menunjukkan taring-taringnya.
Bahaya yang ditimbulkan oleh Syi’ah terhadap Islam sangat besar. Mereka berusaha melakukan pemberontakan dan huru-hara di mana-mana. Tapi kita tidak ingin membalas kerusakan dengan kerusakan. Bagi kita, kesesatan mereka telah jelas.
Cukuplah perkataan pembesar Syi’ah, Ni’matullah al-Jazairi dalam kitabnya al-Anwarul an-Nu’maniyah: … adapun khalifah Abu Bakar, dan Nabi (Muhammad, red) yang khalifahnya (penggantinya) Abu Bakar, maka ia bukan khalifah kami (Syi’ah), bukan pula nabinya nabi kami, dan bukan pula Tuhannya, tuhan kami.
Jika demikian, mereka adalah Majusi walau mereka menganggap diri mereka pecinta Ahlul Bait. Padahal kita sangat mencintai Ahlul Bait, dan kedudukan Ahlul Bait sangat tinggi di hati-hati kita. Tapi cinta kita kepada Ahlul Bait adalah cinta yang murni, sedang cinta mereka kepada Ahlul Bait adalah tameng untuk menutupi kesesatan mereka.
Maka, waspadalah kalian terhadap bahaya Syi’ah. Waspadalah akan mereka. Karena mereka sangat berbahaya untuk umat dan negara. Kalau mereka punya kesempatan, mereka pasti memberontak dan membuat huru-hara. Hal itu telah terjadi di Libanon, di Iraq, bahkan saya tidak ingin hal itu (akan terjadi) di Teheran, Iran. Yang di sana dikabarkan tidak ada satu pun masjid Ahlus Sunnah.
*****
Untuk baca wawancara lebih lengkap, baca majalah Suara Hidayatullah edisi Oktober 2012.*