Hidayatullah.com–Arab Saudi sempat dihebohkan dengan masalah setir-menyetir mobil bagi kaum wanitanya. Sebagian kelompok memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai hak kebebasan wanita. Sementara kalangan lain lebih mempertimbangkan baik-buruknya jika perempuan diperbolehkan menyetir mobil sendiri. Arab News (13/4) mencoba menangkap suara wanita di kerajaan itu, tentang perempuan yang menyetir kendaraannya sendiri.
Menurut perempuan Saudi, menggaji sopir itu menghabiskan uang dan waktu. Tapi ternyata tidak semua perempuan sepenuhnya setuju. Bagi mereka, mengemudi sendiri justru menyusahkan dan tidak cocok diterapkan di Arab Saudi.
“Ketika kami ingin pergi ke pusat perbelanjaan atau ke rumah sakit, sopir mengantar kami hingga ke pintu utama lalu pergi. Kami tidak perlu repot-repot mengingat di mana kami memarkir mobil, atau harus parkir di tempat yang jauh dari pintu,” kata Zaina Al-Salem, perempuan berusia 29 tahun yang berprofesi sebagai bankir.
“Ketika bepergian ke sebuah negara di mana saya bisa mengemudi, biasanya saya kesulitan saat harus memarkir mobil dan harus berjalan jauh menuju toko.”
Biasanya, hanya orang kaya dan terkenal yang bisa memiliki sopir pribadi. Tapi di Arab Saudi, hampir semua orang punya. Begitu kata Shadad Ibrahim, seorang mahasiswi.
“Saya tidak ingin kehilangan itu, karena saya merasa seperti putri, dimana sopir bisa mengantar ke mana saja saya mau tanpa mengeluh,” tegasnya.
“Saya tidak perlu memikirkan isi bensin, pergi ke bengkel atau hal-hal lainnya. Saya hanya perlu memastikan bahwa dia (sopir) mendapatkan gajinya tepat waktu, cuma itu.”
Bagi ibu rumah tangga seperti Layla Murad, menyetir mobil sendiri di Saudi bukanlah pengalaman yang menyenangkan.
“Kita selalu mengeluh tentang pria yang mengemudi. Memang, apa yang membuat perempuan lebih baik dari mereka [laki-laki]? Setidaknya pria pernah melakukannya, sementara perempuan tidak punya pengalaman sama sekali,” kata Layla.
“Lagipula jalan-jalan tidak bagus untuk mengemudi. Jalanan rusak dan bergelombang, dan kebanyakan perempuan tidak akan bisa mengatasinya,” imbuhnya
“Perempuan Saudi tidak perlu mengemudi mobil, mereka perlu karpet ajaib,” ujar Layla.
Tidak hanya soal kenyamanan, parkir dan jalan rusak yang membuat para wanita itu enggan menyetir mobil sendiri. Digoda dan diganggu anak-anak muda yang berkeliaran di jalan adalah sebuah masalah besar tersendiri di Kerajaan Saudi.
“Saya harus menggelapkan kaca jendela agar para pemuda tidak lagi membuntuti ke mana saya pergi,” kata Hala Bukhary yang bekerja sebagai guru.
“Jujur, saya sangat ketakutan ketika harus mengemudi mobil sendiri, dan para pemuda itu mengikuti saya,” cerita perempuan berumur 32 tahun itu.
Masyarakat Saudi belum terbiasa melihat perempuan pergi sendirian dengan kendaraan mereka.
“Sebagian orang alim melemparkan pandangan buruk ke arah perempuan saat melihat wajahnya tidak ditutupi, dan saya pikir mereka belum bisa melihat perempuan berada di kursi pengemudi dalam waktu dekat ini,” kata Doha Al-Youssef, 42, seorang ibu rumah tangga.
“Saya yakin, akan tiba waktunya perempuan Saudi bisa mengemudi, dan ketika itu orang tidak akan menerimanya dan para ayah melarang putrinya mengemudi. Malah mungkin mereka akan merekrut sopir perempuan dan bukannya laki-laki,” pungkas Doha.*