ATUNG berdiri satu kaki di tengah gawang kayu kecil. Kaki kirinya diangkat, ditopangkan ke kanan. Ia adalah kiper yang sedang berhadapan dengan penendang penalti. Muzhirul Haq, sang wasit, lantas memberi aba-aba melalui pengeras suara yang dibawanya. “Satu, dua, tiga…!”
Sejurus kemudian, bola pun ditendang. Atung bereaksi cepat. Dan gol… gagal tercipta setelah bola ia blokir dengan kaki kanannya. Sang kiper memang tak diperkenankan menggunakan tangan.
Jangan heran. Permainan futsal pada pertandingan amatiran itu sengaja digelar dengan konsep dan aturan yang unik. Tujuannya untuk menyemarakkan acara Rihlah Keluarga Besar el-Fatah.
Rihlah yang diikuti 80-an orang ini digelar pada Ahad, 1 Rabiul Awal 1437 H (13/12/2015). Berlangsung di Pantai Ambalat, Kelurahan Amborawang Laut, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Ambalat singkatan dari nama kelurahan itu.
Acara inti rihlah ini adalah pembentukan dan pembagian Halaqoh Usro (Keluarga). Halaqoh tersebut untuk mewadahi para pemuda dan remaja el-Fatah, agar makin akrab antar sesamanya, tambah dekat dengan agamanya. El-Fatah merupakan salah satu komunitas pemuda Muslim di Kota Balikpapan, tetangga Kukar, yang mayoritas berdomisili di Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur.
Sekretaris Umum (Sekum) el-Fatah, Ahmad Fauzan MSiM, kepada hidayatullah.com menjelaskan, Halaqoh Usro dibagi menjadi 6 kelompok. Halaqoh 1, diketuai Waizul Umam, anggotanya para pemula atau anak-anak yang baru lulus sekolah. Kemudian Halaqoh 2 diketuai Ajruddin. Di halaqoh pertengahan ini, anggotanya yang baru lulus kuliah atau baru menikah.
“Halaqoh 3 yang diketuai oleh Maulani adalah halaqoh yang beranggotakan guru-guru muda. Halaqoh 4 yang diketuai oleh Salman al-Farisi adalah halaqoh senior-senior,” jelas Fauzan, lulusan Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta ini.
Selanjutnya, Halaqoh 5, ketuanya Atung alias Sibghatullah. Pria yang piawai bermain futsal di segala posisi ini membawahi anggota yang menetap di perkotaan Balikpapan.
Terakhir Halaqoh 6, dipimpin Mustakim Noreng, remaja asal Nusa Tenggara Timur. Ini halaqoh “tamu el-Fatah”, terdiri beberapa unsur pendidikan; OSIS MA Raadhiyatan Mardhiyyah Putra, el-Harakah (komunitas remaja MTs-MA), Ma’had Tahfidz Ahlus Shuffah, dan BEM STISHID.
Berbagai unsur yang dimaksud bernaung di bawah sebuah yayasan pondok pesantren di Balikpapan. El-Fatah merupakan binaan yayasan itu.
Usai dibentuk pada acara semi informal tersebut, keenam halaqoh itu berkompetisi dalam turnamen futsal. Ada kompetisi lain, seperti lomba bakar ikan dan lomba yel-yel.
Harap maklum, layaknya pemuda umumnya, mayoritas anggota el-Fatah penghobi futsal. Awal bulan ini, tim futsal el-Fatah FC meraih Juara III di turnamen futsal DRX Cup III yang diikuti puluhan tim di Balikpapan dan Kukar.
Di sisi lain, tak sedikit anggota el-Fatah yang aktif berdakwah. Bagi mereka, hobi boleh futsal, tapi jiwa-raga tetap untuk Islam. Futsal, kata Mursyid dan Usamah, sebagai sarana dakwah.
Antara hobi dan tugas pun, bagi Amin Insani, mesti sesuai porsinya. “Hobi adalah hak dan dakwah adalah kewajiban,” tukas Aminuddin penghobi mancing. “Yang hobi nongkrong, dakwahnya di warung kopi,” celetuk Fathur, aktivis pergerakan. Demikian terungkap dalam diskusi kecil di grup media sosial el-Fatah.
Es Kelapa Gratis
Halaqoh Usro dibentuk sebagai luapan semangat kepengurusan baru el-Fatah periode 2015-2018. Awal Desember lalu, digelar Musyawarah Warga el-Fatah (Muswal) II di Gunung Tembak, Teritip, dengan tema “Menuju Generasi Ideologis yang Progresif dan Terpimpin”.
Selain Fauzan selaku Sekum, muswal ini menetapkan Muzhirul Haq Lc sebagai Ketua Umum (Ketum) dan Muhammad Nahidh Syayyifan Lc sebagai Bendahara Umum (Bendum). Di usia muda, ketiga pengurus inti el-Fatah ini telah bertitel akademis.
“Tujuan pendiriannya sebagai wadah silaturahim putra warga. Karena waktu itu sampai sekarang, latar belakang, kesibukan, dan aktifitas anak warga sangat bervariasi. El-Fatah adalah wadah koordinasi agar kita tetap dalam barisan perjuangan (Islam),” jelasnya kepada media ini secara terpisah.
Untuk diketahui, profesi para pemuda itu beragam. Dari pelajar, mahasiswa, guru swasta, pebisnis, PNS, dai, sopir, aktivis, hingga pengurus lembaga persepakbolaan.
Dalam perjalanannya, el-Fatah melalui pasang-surut aktivitas. Namun tetap rutin menjalin silaturahim, seperti buka puasa bersama saat Ramadhan, jumpa pekanan sekaligus berfutsal bareng, dan sebagainya.
Muslih mengungkap, karena belum diatur dalam Pedoman Dasar Organisasi tentang masa kepengurusan, beberapa waktu ini el-Fatah terkesan mandek. “Dikatakan vakum sih bisa juga, hehe…,” guyon pria asli Berau ini.
Hingga kemudian, menyeruaklah kegelisahan para pengurus akan regenerasi el-Fatah. Bukan kebetulan, di Balikpapan akan digelar Musyawarah Nasional (Munas) IV oleh ormas Hidayatullah pada 25-28 Muharram 1437 H (7-10/11/2015) lalu.
Segenap anggota el-Fatah pun terpanggil untuk turut mensukseskan hajatan itu. Apalagi, kampung mereka akan kedatangan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Sebagai penduduk Kota Beriman dan warga negara Indonesia yang baik, komunitas ini pun mulai menggeliat kembali. Singkatnya, el-Fatah terlibat langsung membantu panitia, terutama dalam hal-hal teknis.
Bahkan, tutur Mursyid, pengurus el-Fatah kala itu, mereka bekerja bakti sampai begadang. “Jam 3 dinihari kita (masih) kerja, manjat ke atap masjid memasang baliho raksasa,” tuturnya ditemui media ini sehari jelang munas.
Selama gelaran itupun, mereka turut melayani ribuan tamu dengan menyediakan es kelapa muda, gratis. Untuk pembiayaan, setiap anggota el-Fatah urunan duit minimal Rp 50 ribu. Bahkan ada yang rela merogoh koceknya jutaan rupiah untuk membeli kelapa muda dari masyarakat sekitar. El-Fatah pun menjalin kemitraan dengan sejumlah lembaga swasta, seperti Laskar Sedekah Balikpapan dan PT Arafah Tamasya Mulia.
Sepekan lebih usai munas, digelar tasyakuran khusus untuk el-Fatah, Sabtu malam, 10 Shafar 1437 H (21/11/2015). Hadir Pimpinan Umum ormas itu, Ustadz Abdurrahman Muhammad dan Ketua DPP-nya, Dr (cand) Nashirul Haq Lc, MA. Mereka menyampaikan langsung ucapan terima kasih dan apresiasi atas el-Fatah.
Hampir sebulan kemudian, berlangsunglah acara di Ambalat. Selain pembagian halaqah, digelar pula makan bersama dan shalat Zhuhur berjamaah di tepi pantai. Sejumlah dai Balikpapan turut hadir, sepeti Ustadz Muhammad Sholeh dan Ustadz Syamsu Rijal Palu.
Dari rihlah yang berlangsung semarak itu, Fauzan berharap, semoga tujuannya benar-benar tepat sasaran. “Agar pemuda-pemuda ini menjadi kader yang melengkapi perjalanan dakwah ke depan,” ujar pria berdarah Sulawesi Selatan ini.
Nama el-Fatah, menurut Muzhirul Haq yang mengusulkannya kala itu, terinspirasi dari kata berbahasa Arab, al-fath. Ini juga nama sebuah surat dalam al-Qur’an, yang berarti kemenangan. “(Nama itu) dipilih karena sesuai dengan makna kepemudaan yang progresif,” jelas warga Blukus, Teritip kelahiran Balikpapan, 1989 ini.
“El-Fatah” juga berasal dari kata al-fatah, berarti penakluk. Filosofinya, kata dia, anggota el-Fatah diharapkan mampu menaklukkan apa saja, seperti nafsu, dan sebagainya, untuk kebaikan.
“Termasuk (menaklukkan) wanita. Jadi kalau anggota el-Fatah belum menikah ‘masih diragukan’ ke-el-Fatahannya,” canda ayah satu anak yang dikenal gemar bergurau ini.*