MALAM jelang hari dijatuhkannya vonis hukuman 2 tahun penjara atas terdakwa penista agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Polri) diguyur ‘sindiran’ dari Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
Saat itu, di depan ratusan ulama dan anggota Majelis Ulama Indonesia dari berbagai daerah, Zulkifli menyampaikan sejumlah hal penyebab perpecahan bangsa.
Di antaranya, kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini, adalah ketidakadilan hukum di Indonesia.
“Pak Wakapolri, yang bisa memecah-belah itu rasa ketidakadilan,” ujar Zulkifli di depan perwakilan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yaitu Wakapolri Komjen Pol Syafruddin.
Hal itu ia sampaikan dalam sambutannya sebelum membuka Rapat Koordinasi Nasional Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Senin malam, 8 Mei 2017. Rakornas ini berlangsung hingga Rabu (10/05/2017).
Mendengar ‘sindiran’ Ketua MPR itu, sontak terdengar sahutan dari arah para peserta, “Ahok, Ahok!”
Bisa dipahami, ‘sindiran’ Zulkifli itu terkait kasus penistaan agama oleh terdakwa Ahok yang dirasakan banyak pihak penuh dengan ketidakadilan hukum.
Terkait kasus Ahok ini pula, diketahui, sejumlah ulama dan aktivis Muslim “dikriminalisasi” oleh kepolisian, seperti Ketua Dewan Pembina-Ketua GNPF MUI Habib Rizieq Shihab-KH Bachtiar Nasir yang keduanya ditarik-tarik ke sejumlah kasus berbeda. Bahkan banyak aktivis Muslim sudah ditangkap dan ditahan seperti Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath yang belum dilepaskan hingga kini.
Baca: Kapolri Diminta Hentikan Praktik Penistaan dan ‘Kriminalisasi’ Ulama oleh Siapapun
Mendapat ‘sindiran’ dari Ketua MPR soal ketidakadilan itu, Wakapolri Syafruddin berdasarkan pantauan hidayatullah.com senyum-senyum kecil dengan raut wajah tampak agak dingin.
Pada kesempatan itu, beberapa kali memang Zulkifli menyinggung dan menyebut-nyebut terkesan memojokkan atau bahkan “mem-bully” Polri lewat Wakapolri dalam sambutannya.
Misalnya, ketika Zulkifli menegaskan bahwa kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017 bukan kemenangan Islam radikal.
“Stigma begini (Islam radikal) yang bikin kebhinnekaan terganggu,” ujar Zulkifli.
Sebab, jelasnya, umat Islam sesungguhnya santun-santun, begitu pula para ulamanya. “Dimana-mana, ulama-ulama bicara santun kok. Betul enggak, Pak Wakapolri?!” ucapnya dengan senyum khasnya.
Begitu pula ‘sindiran’ ke Wakapolri berikutnya ia sampaikan, ketika Zulkifli menjelaskan soal pekikan takbir “Allahu Akbar”. Dalam pidatonya itu ia memang beberapa kali bertakbir.
“Teriak ‘Allahu Akbar’ enggak apa-apa kok,” ujarnya.
“(Bertakbir) di depan Wakapolri enggak apa-apa,” lanjutnya, membuat Wakapolri Syafruddin senyum-senyum kecil sambil duduk tenang di kursi terdepan khusus para tamu undangan spesial.
Zulkifli pun menjelaskan, takbir “Allahu Akbar” adalah pekikan pembangkit semangat. Ia mengingatkan kembali akan sejarah bangsa, ketika Bung Tomo membangkitkan semangat para pejuang kemerdekaan arek-arek Surabaya dengan pekikan “Allahu Akbar!”.
“Kalau saya takbir ‘Allahu Akbar’ bukan Islam radikal,” tegas Zulkifli yang tampil berpeci hitam dan berbaju koko putih.
Beberapa kali pula ia mengajak hadirin untuk bertakbir, lalu disambut pekikan “Allahu Akbar” oleh sebagian besar peserta Rakornas.
Ia juga mengajak hadirin untuk bertepuk tangan. “Tepuk tangan donk, semua tepuk tangan, Wakapolri juga,” ujar Zulkifli yang banyak menyuguhkan guyonan dalam pidatonya.
Wakapolri tak terlihat oleh media ini mengikuti kedua permintaan Ketua MPR itu. Tapi pada saat tertentu, Wakapolri ikut bertepuk tangan, sebentar.
“Kena Getahnya”
Sebenarnya, Kapolri Tito diundang ke pembukaan rakornas bertema “Dakwah Islam Wasathiyah Solusi Perdamaian Umat” itu sebagai pembicara kunci atau keynote speech.
Namun, karena satu dan lain hal, Kapolri Tito tidak bisa menghadiri acara dan mewakilkannya kepada wakilnya, “Dengan sangat menyesal,” aku Wakapolri dalam sambutannya di depan Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, Ketua MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Cholil Nafis, dan lain-lain.
Baca: MUI Gelar Rakornas Dakwah Bertema “Dakwah Islam Wasathiyah”
Sekiranya Kapolri hadir pada acara itu, bisa ditebak, orang nomor satu di korps baju coklat itu yang kemungkinan kena “bully-an” oleh Ketua MPR.
Maklum, sejak kasus penistaan agama mencuat dari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, akhir September 2016 lalu, dalam proses hukumnya di kepolisian nama Kapolri Tito kerap menuai cibiran dari masyarakat.
Terutama ketika pada 16 November tahun lalu, meski Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka penista agama, namun kepolisian tak kunjung menangkapnya. Padahal, secara yurisprudensi, berdasarkan kasus-kasus serupa sebelumnya, sebelum jadi tersangka pun banyak terduga pelakunya langsung ditahan.
Kasus Ahok inilah beserta percikan dan bias-biasnya, tampaknya yang “menyemangati” Ketua MPR untuk ‘menyindir’ Polri lewat Wakapolri, yang ketiban getahnya di acara yang sebenarnya berjalan sangat cair itu.
Namun, meski berkali-kali tampak menyindir Polri, Zulkifli mengaku ia sama sekali tidak bermaksud menyindir siapa pun.
“Saya enggak nyindir siapa-siapa ini,” ujarnya. Sebab katanya yang sedang ia sampaikan adalah tentang Pancasila terkait sila-sila di dalamnya, antara lain Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dimana, implementasi sila pertama ini antara lain menjalankan ajaran agama, termasuk bagi Muslim menggunakan atribut keislaman dan mengucapkan dzikir-dzikir yang diajarkan agama.
“Saya bicara Pancasila. Ya begini, terang,” jelasnya, sambil memperlihatkan sebuah buku cetakan berjudul “Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI”, yang ia sebut selalu ia ceramahkan di berbagai kesempatan sebagai tugas kenegaraannya. Termasuk malam itu.
Usai acara pembukaan Rakornas Dakwah MUI itu, sekitar pukul 21.33 WIB, Wakapolri Syafruddin bergegas meninggalkan ruang acara. Saat hidayatullah.com hendak meminta tanggapannya soal ‘sindiran’ Ketua MPR itu, Wakapolri tampak tak berkenan diwawancarai. Sejumlah aparat kepolisian yang mengawalnya meminta awak media ini “menyingkir”.
Begitu pula ketika wartawan lain hendak mewawancarainya terkait isu terkini, Wakapolri yang berpakaian dinas tanpa penutup kepala itu tampak menghindar. “Sudah jelas,” jawabnya singkat kepada wartawan itu sambil berjalan cepat dikawal polisi menuju mobilnya.*