Hidayatullah.com–Lahir di Camden, London tahun 1975, Dawn adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Ia adalah seorang anak dengan sedikit “kekurangan” ketika menginjak remaja. Permasalahan-permasalahnya disekolah menghambat perkembangannya karena diganggu oleh teman-temannya ketika sekolah menengah.
Perjalanan hidupnya diakui tidaklah mudah. Dawn dikucilkan banyak pihak karena semenjak kecil ia belajar di Sekolah Berkebutuhan Khusus (SBK) dan juga karena pengidap penyakit asma dan ginjal.
Orangtuanya pindah dari London ke Essex ketika ia berumur 4 tahun, dan berharap kehidupannya akan berubah di sana. Tapi, perjalanan hidupnya tidaklah seperti yang diharapkannya, lebih berat.
Dawn selalu mendengar orangtuanya bertengkar setiap waktu. Ia pernah diperkosa ketika usianya masih 15 tahun. Saat itu ia sudah kenal dunia alkohol dan obat-obatan terlarang.
Di saat usianya 23 tahun, ia sudah ditinggal ayahnya untuk selamanya.
Masa-masa berat juga ia alami pasca pernikahan. Dawn yang dikarunia 5 anak dari hasil pernikahannya, mengalami dua kali keguguran pada minggu ke 22 kehamilannya.
Perjalanan rumah tangganya retak setelah dijalaninya selama 5 tahun yang menyebabkan anak perempuan pertamanya berubah sangat kasar dan keras. Dawn merasa sangat terpukul setelah perceraiannya dan mencoba menjalani hidupnya sendiri selama 5 kali, sesuatu yang bahkan dia sendiri mengaku tidak merasa bangga.
Dua Muslimah
Suatu hari, dalam sebuah perjalanan, dia bertemu dengan dua Muslimah, seorang ibu dan anak perempuannya, yang mengundangnya untuk menghadiri sebuah majelis yang diprakarsai oleh para Muslimah.
Dawn mulai menghadiri majelis setiap minggu dan mulai mempunyai banyak teman Muslimah di sana, yang membantunya melewati saat duka tentang perceraiannya dan semua masalah yang ia hadapi saat itu.
Setelah 3 bulan mengikuti majelis dan mendengarkan pembahasan tentang Islam dan Rasul Muhammad Shallallahu ‘alahi Wassallam, akhirnya Dawn memutukan untuk mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.
Rasa bahagianya hadir ketika Dawn menjalin hubungan dengan seorang pria Tunisia dan berencana untuk melangsungkan acara pernikahannya pada tanggal 12 Agustus 2014. Setelah memeluk Islam, nama berganti menjadi Dalanda.
“Satu hal penting baginya bahwa Islam mengajarkan untuk tidak mempermasalahkan seberapa besar masalah yang dihadapi dan jangan pernah menyerah karena Allah Subhanahu Wata’ala selalu mendengarkan do’a-do’a kita dan selalu ada di samping kita,” ujarnya dikutip TDS.
Ia mengaku, perasaan bahagianya tak pernah ia rasakan sebelumnya setelah ia memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Kedamaian dan keberkahan untuk kita semua.
Sejak kepindahannya kepada Islam, Dawn bertemu orang-orang yang awalnya ia pikir adalah teman-temannya, tapi sikap mereka justru berubah terhadapnya. Hal ini tidaklah mudah bagi Dawn.
Ia mengakui, kesulitan seperti halnya para mualaf lainnya yang ingin mengenakan hijab. Pandangan sinis dan komentar buruk terlontar oleh orang-orang di sekitarnya. Dawn bahkan pernah diludahi dan dipukul mukanya di jalanan, tapi hal itu malah membuatnya menjadi pribadi yang lebih tegar dari luar dan dalam.
“Satu hal yang dapat saya katakan tentang Islam bahwa Islam adalah sebuah agama yang damai dan penuh cinta,” ujar Dawn.
“Aku tahu bahwa Allah Subhanahu Wata’ala memilihku karena sebuah alasan,” tambahnya.
Kini ia mengakui, rasa penuh kedamaian terus dirasakannya setelah memeluk Islam yang ia akui tidak pernah ia alami sebelumnya. Kini, Dwan telah menjadi lebih tegar dan percaya diri dari kehidupan sebelumnya dan ia bangga menjadi dirinya sendiri, menjadi Muslimah.*/Darda Muhammad Firdaus Sofyan