MALAM itu, azan Isya baru saja dikumandangkan. Adi Nugraha, SKep dan beberapa penduduk Desa Syawatan berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat jamaah.
Sesaat sebelum shalat Isya didirikan, tiba-tiba seorang pendeta datang dengan tergesa-gesa mencari Adi Nugraha alias Anugrah. Ia tenaga medis yang bertugas di pelosok Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Kedatangan pendeta itu sontak menjadi perhatian, apalagi jelang shalat isya. Rupanya, kedatangannya untuk meminta bantuan sang mantri Anugrah agar membantu persalinan istrinya. Sebagai tenaga medis, Anugrah harus siap membantu masyarakat kapan dan dimana saja, termasuk rela menunda waktu shalat.
Setelah perlengkapan dianggap cukup, Anugrah segera menuju gereja tempat istri pendeta akan bersalin. Saat itu dia masih menggunakan baju koko.
Setibanya di gereja, ia sempat kaget melihat jamaah gereja telah berkumpul dengan membawa Injil. Sang mantri pun segera melakukan tindakan sesuai dengan prosedur persalinan.
Sementara Pak pendeta beberapa kali mememinta maaf karena telah mengganggu waktu shalatnya.
Sendirian
Sebenarnya, Anugrah adalah seorang perawat. Namun karena tidak ada tenaga medis lain di daerah itu, ia harus bisa melakukan persalinan demi mencegah angka kematian bayi yang baru lahir. Selama bertugas di Kaimana, Anugrah telah membantu persalinan sedikitnya 141 pasien.
Anugrah sangat bersyukur. Selama dia membantu persalinan, baik ibu maupun bayi semua selamat. Karena prestasi inilah, Anugrah kerap mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari kepala dinas kesehatan setempat.
Pada tahun kedua bertugas di Papua, sempat ia berpisah sementara waktu dengan istrinya, demi melanjutkan pendidikannya di jurusan kebidanan.
Anugrah, pemuda asal Pallangga Gowa, Sulawesi Selatan ini, tidak pernah membayangkan dirinya bisa menginjakkan kaki di tanah Papua. Tak pernah terbayang pula ia hingga tahun 2016 ini mengabdikan diri untuk masyarakat paling timur Indonesia tersebut lewat medis.
Tahun 2005 lalu, ketika dinyatakan lulus ujian nasional sekolah menengah, Anugrah melanjutkan kuliah di Stikes Sandi Karsa, Makassar. Ia mengambil jurusan keperawatan. Atas pilihan ini, Anugrah kerap diledek temannya karena dianggap memilih jurusan yang identik dengan perempuan.
Di kampus, Anugrah dikenal gampang bergaul, humoris, dan pandai bicara. Itulah sebabnya, ketika ada pemilihan Ketua BEM, Anugrah mendapatkan suara terbanyak.
Setelah berhasil menyandang gelar Sarjana Keperawatan, Anugrah bekerja di Rumah Sakit Laubuang Baji Makassar sebagai tenaga kontrak.
Selama bertugas di Kaimana, Anugrah mengalami banyak sekali pengalaman. Misalnya, pernah perahu yang ditumpangi ke tempat tugas terbalik. Pernah juga ia kehabisan obat.* (Bersambung)/Arvah Bandule, pegiat komunitas menulis PENA Makassar