BERBAGAI fenomena dan kisah yang memilukan terungkap sejak terjadinya gelombang tsunami dahsyat dan gempa tektonik berkekuatan 7,4 SR di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan sekitarnya.
Mulai dari kisah keluarga yang kehilangan rumahnya, kehilangan sanak familinya (anak, istri, suami, dan orangtua) tercinta mereka, sampai kisah mereka-mereka yang berhasil berjuang melawan derasnya arus gelombang tsunami, tapi kemudian bisa selamat dan bertahan hidup sampai saat ini.
Ini salah satu dari kisah-kisah itu. Sebut saja Rani, salah seorang ibu rumah tangga yang berusia sekitar 30-an tahun, warga Kota Palu yang selamat dari amukan tsunami beserta putra semata wayangnya. Berikut kisahnya yang ia ceritakan bersama pamannya kepada Kepada Tim Hidayatullah Peduli Bencana dan dikisahkan ulang oleh Imran Djufri untuk hidayatullah.com.
Sore itu, Jumat, 28 September 2018, Rani bersama beberapa ibu lainnya lagi ngumpul di rumah salah seorang temannya. Entah mengapa, tiba-tiba Rani merasa tidak enak perasaannya. Baru saja beberapa menit dia beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba warga sudah berteriak, “Tsunami, tsunami, tsunami!!!”
Tak pelak lagi, Rani dan teman-temannya secara spontan berlarian untuk menyelamatkan diri. Namun apa daya, gerakan gelombang tsunami telah menelan dan membolak-balikkan tubuh Rani dan teman-temannya. Hingga pakaian yang melekat di badan sudah habis terlepas semua. Di antara mereka ada tersangkut di atap rumah, pohon-pohon, bahkan ada yang ditarik oleh gelombang tsunami ke tengah-tengah laut.
Subhanallah! Allah Maha Kuasa. Rani masih bisa selamat, walau dengan susah payah ia memeluk erat sebuah pohon kayu yang berdiameter satu setengah meter.
Hari semakin malam, Rani masih bertahan di atas pohon, karena khawatir masih datang tsunami susulan. Benar saja. sekitar beberapa saat kemudian, datang lagi tsunami susulan. Walau tidak sedahsyat yang pertama, namun tetap saja merusak beberapa rumah saat itu.
Singkat kisah. Rani baru tersadar ketika waktu sudah menjelang subuh. Rasa paniknya sedikit mulai hilang. Ia pun mulai teringat buah hatinya, Rahmat, yang baru berumur 6 tahun. Pelan-pelan Rani turun dari pohon. Sesaat kemudian, tidak jauh dari pohon itu, Rani menemukan selembar kain spanduk, yang kemudian ia pakai menutupi badannya seadanya.
Baca: Perjuangan Surantina, Lagi Hamil Besar Melarikan Diri Saat Gempa Palu
Subhanallah. Lagi-lagi Allah Subhanahu Wata’la menunjukkan kuasa-Nya. Ketika waktu subuh tiba dengan suasana yang masih gelap gulita, sesosok wanita bercadar tiba-tiba muncul di hadapan Rani dengan membawa pakaian busana Muslimah yang lengkap. Masih dengan suara tangis yang terisak-isak, Rani memohon kepada wanita tersebut agar dipinjamkan busana itu kepadanya. Tanpa pikir panjang lagi, wanita itu langsung menyerahkan busana tersebut kepada Rani.
Masih dengan sisa tenaga yang tertatih-tatih, Rani melangkah menuju ke jalan raya. Ia pun mulai merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat adanya beberapa goresan dan benturan benda keras sewaktu dihempaskan tsunami.
Bisa dibayangkan. Mulai dari waktu maghrib sampai kemudian terhempas oleh tsunami, lalu tersangkut di pohon, Rani nyaris tidak tidur semalaman. Ditambah dengan rasa sedih yang sangat dalam. Syukur Alhamdulillah, ketika waktu menjelang pagi, seseorang yang berbaik hati mengantar Rani ke tempat keluarganya.
Rupanya di balik keselamatan Rani dari amukan tsunami, ada sosok yang paling berperan, yaitu Rahmat, putra kesayangannya. Menurut penuturan paman Rani, bahwa, begitu mengetahui ibunya terperangkap tsunami, semalaman bahkan sampai subuh Rahmat berdzikir dan berdoa memohon perlindungan dan keselamatan ibunya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Ketika Rani tiba di rumah dan berjumpa putra kesayangannya, suasana haru diiringi rasa tangis tak bisa dihindari. Semua yang hadir pada saat itu ikut sedih, menyaksikan Rani dipertemukan oleh Allah dengan putra kesayangannya.
“(Semoga kisah ini) bisa jadi pelajaran saudara-saudara kita yang lain,” ungkap Imran kepada hidayatullah.com, Sabtu (06/10/2018).*
Berita gempa dan tsunami Palu bekerjasama dengan Dompet Dakwah Media