Hidayatullah.com | BEBERAPA saat setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,2 melanda Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/01/2021) pukul 01:28:17 WITA, saya mencoba berkomunikasi dengan teman-teman di Mamuju, tapi belum tersambung. Saat itu sepertinya jaringan masih terkendala. Info terakhir, listrik juga padam.
“Semoga jaringan segera pulih dan koordinasi dengan teman-teman di Mamuju bisa tersambung kembali,” batin saya saat itu.
Meski belum tersambung, saat itu saya berharap warga Mamuju dan sekitarnya agar kiranya selalu dalam kondisi siaga, mulai mengorganisir diri, keluarga. Dan jika memungkinkan, sebaiknya mengungsi ke tempat yang diyakini aman. Sampai kondisi benar-benar stabil.
Tak lama kemudian, akhirnya saya bisa bersambung komunikasi dengan beberapa sahabat di Mamuju. Setelah sebelumnya sempat terkendala masalah jaringan.
Lewat sambungan telepon, teman-teman mengabarkan bahwa gempa semalam benar-benar berdampak cukup parah. Tidak sedikit bangunan yang ambruk. Di antaranya bangunan Kantor Gubernur Sulbar, rumah sakit, pusat perbelanjaan, juga rumah-rumah warga.
Sebagian besar warga pun mengungsi ke tempat yang diyakininya aman. Mereka membuat tenda darurat secara mandiri bersama keluarga. Termasuk teman-teman pengurus dan santri-santri Pesantren Hidayatullah Mamuju yang pagi itu mengungsi di area Perumahan Masannang 6.
Teman-teman mengabarkan bahwa saat itu mereka dan santri-santri dalam kondisi aman. Namun beberapa hal yang urgent bagi mereka dan warga yang mengungsi lainnya adalah genset (karena listrik hingga saat itu masih padam). Juga air bersih dan makanan siap saji.
Masih hari Jumat (15/01/2021), saya bersama Tim SAR Hidayatullah – BMH mulai bergerak dari Makassar, Sulawesi Selatan. Begitu pula Tim SAR-BMH-Pos Dai dari Sulawesi Tengah bergerak untuk membantu teman-teman SAR dan relawan lain yang telah berjibaku membantu warga terdampak bencana di Sulbar.
Baca: Tim SAR Hidayatullah dan BMH di Lokasi Gempa Sulbar Bantu Evakuasi Korban
Dokter dan Kliniknya
Kabar duka terus bersusulan pasca gempa di Mamuju itu. Di antara kabar duka itu, adalah kabar dari keluarga dr. Hj. Adriani Kadir, M.Kes.
Bangunan 5 lantai yang sekaligus rumah dan klinik tempat praktik dr. Adriani ambruk saat gempa berkekuatan 6,2 SR itu mengguncang Mamuju. Ketua IDI Sulbar ini pun dikabarkan wafat dalam kejadian itu. Innalillahi wainna ilaihi rajiun….
“Saya ingin mengajak sahabat untuk sama-sama mendoakan, semoga dr. Adriani -dan para korban jiwa lainnya-, Allah berikan tempat terbaik. Dan suami beliau yang kini tengah dalam perawatan medis, segera sehat dan dalam perlindungan-Nya.”
Dr. Adriani Kadir adalah salah seorang dokter yang kami kenal baik, juga sangat besar perhatian dan kepeduliannya terhadap sesama.
Di antara kebaikannya itu adalah beliau selalu dengan senang hati memberikan pelayanan medis saat santri-santri dan para asatidz di pesantren berobat ke kliniknya. Selalu Gratis. Tidak mau dibayar. Kebaikan beliau ini dilakukannya sudah sejak lama.
Pernah suatu ketika saya mengantar istri berobat ke klinik beliau. Pas saya ingin membayar di kasir, petugas kasirnya bilang: “Kata dokter tidak usah dibayar.”
Mungkin karena alamat yang saya tulis di buku resepsionis adalah alamat pesantren, sehingga beliau tidak memperkenankan jasa dan obat yang diberikan dibayar dengan rupiah.
Ternyata beliau detail memperhatikan data orang yang berkunjung ke kliniknya. Sehingga tidak semua yang datang berobat di klinik beliau harus membayar, meski dengan pelayanan medis yang selalu baik kepada siapa saja.
Saya percaya, banyak doa yang tercurah untuk beliau. Sebagaimana saya percaya bahwa kebaikan-kebaikan yang telah beliau perbuat, insya Allah akan Allah ganjar dengan balasan yang lebih baik. Aamiin!
“Rumah Dr. Adriani 5 lantai rubuh. Selama ini warga dan santri Hidayatullah berobat secara gratis,” tulis Ustadz Akib Junaid Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah di grup WhatsApp, Jumat (15/01/2021), seraya menggunggah foto gedung klinik almarhumah yang tampak sudah rata dengan tanah.
“انا لله وانا اليه راجعون, Ya Allah beliau adalah dokter yg baik dan ramah sama pasiennya saya jg waktu msh di pesantren setiap ksana kami tdk pernah membayar,” kesaksian dari warga bernama Indah Mujahidah berkomentar di Facebook, mengenang sosok almarhumah Dr. Adriani Kadir.
“Tolong doa-doanya yang terbaik buat suaminya dan almarhumah. Pak Solihin namanya. Dulu sering dipanggil Om Lihi. Pak solihin, Ketua BPH STIEM Mamuju/Bendahara PWM Sulbar,” tulis Abu Usamah Rabbni menerangkan, seraya mengunggah foto Solihin yang sedang terbaring di ruang perawatan.
“Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihi wa’fu ‘anhaa…. Semoga suami dr. Adriani rohimahullah segera diberi kesembuhan seperti sediakala. aamiin,” tulis Kamsahamnida.* (Syamsuddin/Amil BMH)