Makanan dapat mengenyangkan perut dan menjadi terapi mental, kata pakar nutrisi dan dietetika Universitas IMU, Profesor Dr. Winnie Chee
Hidayatullah.com | MESKIPUN kulit yang berseri dan tubuh yang bugar sering dianggap sebagai penanda diet sehat, dampak mendalam nutrisi pada kesehatan mental masih sering diabaikan.
Dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan sedikitnya 970 juta orang di seluruh dunia terpengaruh oleh kondisi seperti kecemasan dan depresi, peran makanan dalam kesehatan mental patut mendapat perhatian lebih besar.
Pakar nutrisi dan dietetika Universitas IMU, Profesor Dr. Winnie Chee menyoroti hubungan penting antara nutrisi dan kesehatan mental, menjelaskan bahwa otak bergantung pada nutrisi penting untuk mempertahankan fungsinya.
“Otak membutuhkan nutrisi untuk berfungsi — ia menggunakan glukosa sebagai sumber energinya, protein untuk neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin, dan lemak untuk menutupi selubung jaringan sistem saraf.
“Seiring dengan terus berkembangnya pemahaman kita, dan berdasarkan penelitian yang sedang berlangsung, kita melihat semakin banyak bukti bahwa kebiasaan makan kita dapat dikaitkan dengan kesehatan mental,” katanya.
Ia menyatakan bahwa penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat antara nutrisi dan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
“Beberapa penelitian telah menetapkan hubungan antara nutrisi dan perkembangan gangguan neurokognitif seperti demensia dan Alzheimer, karena kekurangan nutrisi tertentu,” tambahnya.
Hubungan Makanan dan Suasana Hati
Prof Chee menekankan bahwa interaksi antara nutrisi dan kesehatan mental ada dua, di mana diet seimbang mendukung kesejahteraan mental, sementara mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental sering menghadapi tantangan dalam menjaga nutrisi yang tepat.
“Suasana hati dan perilaku kita dipengaruhi oleh apa yang kita makan, dan ada banyak aspek perilaku yang memengaruhi kebiasaan makan kita,” ujar Chee.
“Ini termasuk makan karena emosi, situasi yang memicu keinginan untuk makan makanan tinggi lemak dan gula, serta pemicu akibat stres yang menyebabkan kita makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya,” katanya.
Ia menekankan bahwa anak-anak sering kali meniru kebiasaan makan orang tua mereka.
Orang dewasa yang lebih tua mungkin menghadapi tantangan seperti akses terbatas ke makanan bergizi, kesulitan dalam menyiapkan makanan, dan nafsu makan berkurang karena penyakit kronis.
Selain itu, Prof Chee menyoroti bahwa stres dan makan karena emosi sering kali memicu keinginan untuk makan makanan manis atau berlemak tinggi, yang semakin memperumit hubungan antara diet dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Ia menambahkan bahwa pola-pola ini dapat menciptakan siklus yang berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik.
Makanan Lokal untuk Kesehatan Mental dan Fisik
Meskipun diet seperti model Mediterania dipuji karena manfaatnya, diet tersebut mungkin mahal atau tidak praktis bagi masyarakat setempat.
Prof Chee menganjurkan penerapan prinsip diet ini dalam konteks Malaysia, dengan menyebutnya sebagai “diet Mediterania-Asia”.
Pendekatan ini mengutamakan gaya hidup aktif, diikuti oleh makanan nabati seperti biji-bijian utuh, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan polong-polongan, yang sangat baik untuk kesehatan usus — faktor kunci dalam kesejahteraan mental.
Prof Chee mengatakan bahwa sumber protein seperti ikan sarden, yang kaya akan Omega-3, serta telur dan ayam, yang menyediakan triptofan untuk mendukung produksi serotonin, juga memainkan peran penting.
Aksesibilitas diet ini terletak pada penggunaan pilihan yang tersedia secara lokal dan terjangkau.
Misalnya, ia mengatakan bahwa sayuran berdaun, buah-buahan tropis seperti pepaya, dan polong-polongan melimpah di Malaysia, sehingga lebih mudah untuk memasukkan makanan padat nutrisi ini ke dalam makanan sehari-hari.
Pendekatan Holistik Kesehatan Mental dan Gizi
Ke depannya, Prof Chee mendesak pendidikan dan kesadaran yang lebih besar untuk memberdayakan masyarakat untuk membuat pilihan diet yang tepat.
Ia menyoroti pentingnya menggabungkan diet yang bervariasi dan kaya nutrisi dengan aktivitas fisik yang teratur untuk mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
“Kita membutuhkan banyak pendidikan bagi orang Malaysia untuk mengambil pendekatan yang aktif dan bertanggung jawab terhadap apa yang kita konsumsi, karena diet sehat dengan berbagai nutrisi, bersama dengan aktivitas fisik, sangat penting untuk mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan, selain menurunkan risiko kita terhadap banyak kondisi kesehatan yang serius,” tambahnya.
Ketika masyarakat bergulat dengan tantangan kesehatan mental yang semakin meningkat, peran nutrisi sebagai landasan kesejahteraan layak mendapat tempat dalam sorotan.
Dengan membuat pilihan diet yang sadar, individu dapat mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan tidak hanya kesehatan fisik mereka, tetapi juga ketahanan emosional mereka.*