Hidayatullah.com– Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, Bali, I Gede Sutana SKesH MSi mengatakan, obat herbal meningkatkan kekebalan tubuh secara signifikan, sehingga mampu melawan serangan virus corona asal China (Covid-19).
I Gede Sutana mengatakan bahwa konsumsi minuman herbal telah menjadi budaya orang Bali dan Nusantara sejak dulu.
Ia mencontohkan tanaman herbal ‘taru pramana’ atau herbal Bali yang mampu memperkuat kekebalan tubuh.
“Tanaman-tanaman tersebut seperti meniran, temulawak dan segala buah yang mengandung vitamin C seperti jeruk dan sejenisnya,” ujarnya di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, kutip Antaranews.com semalam (15/03/2020).
Baca: Siswa Muslim Sidoarjo Buat Cairan Pencuci Tangan ‘Anti-Corona’
Sutana memaparkan jenis umbi-umbian seperti temulawak, kunyit, kencur, jahe (merah/putih), lengkuas, temu putih, temu mangga sangat baik digunakan meningkatkan kekebalan tubuh. Sehingga, tubuh mampu melawan berbagai jenis virus ataupun penyakit.
Disebutkan bahwa kesemua jenis umbi itu mengandung kurkumin, zat anti inflamasi dan anti bakteri. Juga mengandung anti oksidan yang bisa meningkatkan sistem imunitas tubuh, sehingga membantu tubuh mengatasi serangan bakteri/virus yang masuk ke dalam tubuh.
Selain jenis umbi, jenis buah pun sangat baik. Seperti jeruk, lemon, pepaya, anggur, berry, mengkudu, segala jenis buah yang mengandung antioksidan dan vitamin C, sangat baik dalam menjaga daya tahan tubuh dan meningkatkan sistem metabolisme.
Bahkan, kata akademisi muda itu, jenis daun pun sangat baik. Seperti daun kelor, sirih, dan meniran.
“Jenis daun ini kaya akan zat anti oksidan dan anti inflamasi dan antiseptik mampu mengatasi serangan bakteri/virus yang menyerang tubuh,” ungkapnya.
Sutana melanjutkan, jenis daun pegagang (piduh) baik pula untuk meregenerasi sel-sel tubuh yang rusak akibat serangan virus/bakteri. Bahan herbal ini pun bisa diolah dengan sangat sederhana.
“Bisa dijadikan bumbu seperti jenis umbi-umbian semisal jahe, kencur, kunyit, lengkuas, serta rempah-rempah seperti pala, cengkih yang biasa digunakan oleh orang Indonesia sejak dulu,” tutur Sutana.
Bumbu-bumbu itu biasa dikonsumsi masyarakat setiap hari. Mengonsumsi bumbu yang berasal dari rempah dan umbi, katanya, secara tak sadar telah memelihara kesehatan.
Sutana juga menjelaskan, pengolahan lain bisa dengan cara dibuat jamu. Jenis umbi dan daun ini dijadikan jamu dengan cara sederhana. Yaitu, bahan-bahan diolah tunggal (satu jenis umbi saja) atau bisa dengan beberapa jenis dicampur dan diracik menjadi satu.
Misalnya, temulawak, jahe, kencur, kunyit direbus dengan 3 gelas air. “Direbus hingga mendidih, kemudian airnya disaring dan diminum,” imbuhnya.
Begitu pula temulawak, kunyit, jahe, kencur dapat diparut, diperas, disaring lalu diambil saripatinya, lantas ditambah sedikit air hangat dan perasan jeruk nipis, lalu diminum. “Bisa juga dengan cara dikonsumsi langsung seperti aneka buah dan daun,” ujarnya.
Baca: Peneliti UI Kembangkan Senyawa Propolis untuk Pengobatan Virus Corona
Sutana mengatakan, budaya mengonsumsi minuman herbal sebagai tradisi orang dulu sudah mulai ditinggalkan. Sebab, masyarakat modern saat ini menggantinya dengan minuman modern yang lebih praktis dan mudah didapat maupun diolah (siap saji).
Padahal, jelas Sutana, minuman-minuman yang instan tersebut bukan malah menyehatkan, tapi bisa saja merugikan bagi tubuh, sebab telah bercampur dengan senyawa kimia dan pengawet.
Ia mencontohkan minuman temulawak yang banyak ditemukan di pasaran yang lebih praktis tinggal minum, tapi dicampur dengan pengawet dan perasa. “Orang kadang lebih memilih yang praktis. Tanpa melihat efek samping dan bahayanya,” ungkapnya.
Dewasa ini, pengamatan hidayatullah.com, budaya kembali ke alam (mengonsumsi herbal) kembali menjadi tren bagi sebagian masyarakat.
Bahkan sejak virus corona mulai mewabah dari China akhir tahun 2019 lalu, herbal seperti jahe mulai ramai diburu masyarakat di pasaran, harganya pun cukup melonjak. Fenomena ini didorong beredarnya pesan di media sosial bahwa jahe mampu menangkal virus corona.*