Hidayatullah.com–Juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik mengatakan jumlah dokter yang meninggal meningkat signifikan dalam sebulan terakhir. Pada akhir pekan lalu, IDI melaporkan ada empat dokter yang meninggal dalam kurun 24 jam.
“Baru di pandemi ini angka kematian dokter sangat tinggi, ada 115 kematian dengan Covid-19 dalam enam bulan ini, satu sampai dua dokter meninggal per hari dalam sebulan terakhir,” kata Halik dikutip laman Anadolu Agency, Senin (14/9/2020).
Berdasarkan data yang dirangkum IDI, 60 orang di antaranya merupakan dokter umum, 46 orang dokter spesialis, tujuh orang guru besar, dan dua orang dokter residen. Kasus kematian dokter paling tinggi terjadi di Jawa Timur (29 dokter), Sumatera Utara (21 dokter), dan Jakarta (15 dokter).
Jakarta dan Jawa Timur juga merupakan wilayah dengan total kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia yakni 54 ribu kasus dan 38 ribu kasus hingga Ahad. Namun Halik menuturkan tidak semua dokter yang meninggal bertugas di rumah sakit rujukan Covid-19 atau menangani langsung pasien Covid-19.
“Di antaranya ada yang tertular saat menangani pasien Covid-19, ada yang terpapar di lingkungan rumah sakit, ada juga yang tertular dari pasien umum dan belakangan diketahui ternyata terinfeksi Covid-19,” jelas Halik.
Dia melanjutkan, seharusnya alat pelindung diri (APD) tersedia di seluruh fasilitas kesehatan, digunakan sesuai standar yang ada, dan menyesuaikan dengan risiko penanganan pasien. Halik mengatakan bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dan yang terinfeksi Covid-19 juga mengakibatkan beban fasilitas kesehatan untuk menangani pasien bertambah berat.
Pasalnya, mereka yang terinfeksi harus menjalani isolasi sedangkan sebagian lainnya bekerja melebihi waktu dan harus diistirahatkan akibat kelelahan. Sementara itu, menambah jumlah tenaga kesehatan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan tidak sebanding dengan penambahan jumlah kasus positif.
“Akibatnya sebagian dokter terpaksa bekerja overload dan overtime, kelelahan di tengah minimnya perlindungan,” jelas Halik.
Indonesia merupakan negara dengan rasio dokter terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 dokter per 1.000 penduduk berdasarkan data Bank Dunia pada 2018. Kehilangan 115 dokter sama dengan hilangnya akses 287.500 penduduk terhadap dokter.*