Hidayatullah.com–Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah. Cukup banyak masyarakat Indonesia yang menderita penyakit yang populer dengan sebutan penyakit gula atau kencing manis itu.
Salah satu komplikasi yang sering ditemui pada penderita Diabetes Melitus adalah ulcer atau luka pada kaki. Perawatan ulcer ini membutuhkan waktu yang panjang serta meningkatkan risiko kecacatan dan amputasi bahkan kematian pada pasien. Ulcer dapat teratasi jika dilakukan perawatan yang tepat dan cepat.
Mengamati kondisi itu, tim mahasiswa UGM yang terdiri dari Aizizha Syeilla Noverlis dari Fakultas Kedokteran (FK), Riki Wartakusumah (FK), Nias Ananto (FMIPA), Taqy Hanawa (FMIPA), dan Leonita Sephira (FKH) berhasil membuat prototipe alat analisis luka diabetik berbasis artificial intelligence bernama Mystic-Wound.
Perangkat ini berguna untuk mempermudah tenaga kesehatan (nakes) dalam melakukan pengkajian dan pemilihan intervensi pada luka diabetes dengan cepat dan tepat.
“Alat ini dibuat dengan dana Rp 9 juta dari Kemendikbud dalam waktu empat bulan,” ujar Aizizha Ketua Tim Mystic-Wound, Jumat (13/8/2021) siang.
Mystic-Wound, alat yang dibuat para mahasiswa UGM ini dibekali Machine Learning, yang menyerupai gawai layar sentuh dan dapat menganalisis dimensi luka, jenis jaringan pada luka, risiko infeksi hingga tingkat keparahan luka dengan tepat dan akurat. Selain itu, alat ini juga dapat memberikan rekomendasi berbagai jenis penutupan luka perawatan luka DM.
Keseluruhan pengkajian pada alat ini akan disimpan pada cloud server yang dapat dicetak dan disimpan sesuai kebutuhan.
Bantu nakes
Nias, salah satu anggota tim, menjelaskan prototype Mystic-Wound ini dilengkapi dengan buku panduan untuk memudahkan pengoperasian alat agar penggunaannya lebih mudah. “Mystic-Wound nantinya diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan dalam mengkaji dan menentukan intervensi luka diabetik yang efektif dan akurat sehingga dapat mencegah terjadinya risiko kesalahan dalam penanganan luka diabetik yang berujung amputasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Riki Wartakusumah, mengatakan penggunaan alat sebenarnya cukup mudah. “Hanya dengan mengambil gambar, sama seperti sistem foto pada gawai, kemudian hasil analisis akan tertampil secara otomatis,” tutur Riki.
Saat ini prototipe Mystic-Wound yang didampingi oleh dosen pendamping Anggi Lukman Wicaksana SKep Ns MS juga telah didaftarkan hak ciptanya sebagai bukti keorisinilan ide dan alat. Tim Mystic-Wound berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan guna menyempurnakan kinerja sistem.*