Hidayatullah.com–Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tun Kurniasih Bastaman mengatakan, perempuan lebih beresiko mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan dibandingkan laki-laki.
“Perempuan yang mengalami gangguan jiwa ringan dua kali lebih banyak dari laki-laki, makanya perempuan digolongkan sebagai kelompok rentan. Tapi untuk gangguan jiwa berat seperti psikosis, rasio laki-laki dan perempuan satu banding satu,” katanya belum lama ini.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan, jumlah perempuan berusia lebih dari 15 tahun yang mental emosionalnya terganggu ringan sebanyak 16 persen, sementara laki-laki hanya 8 hingga 9 persen.
Tun Kurniasih mengatakan, budaya yang menempatkan perempuan pada posisi sulit sehingga mereka seolah tak berdaya, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan terganggu jiwa ringan, seperti depresi dan cemas.
“Ini membuat perempuan merasa tak berdaya, perempuan jadi lemah daya tahan mentalnya, dan jadi rentan melakukan aksi bunuh diri,” katanya.
Angka bunuh diri pada perempuan juga lebih tinggi dari pada laki-laki. “Penyebab yang lain adalah perubahan biologis pada tubuh perempuan dan perubahan hormonal, misalnya saja pada saat hamil, setelah melahirkan serta sebelum, dan selama menopause,” kata Penanggungjawab Program Kesehatan Jiwa pada Kantor Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Jakarta, Albert Maramis.
Gangguan jiwa ringan seperti depresi, katanya, membuat perempuan mengabaikan kondisi kesehatan dan bayinya sehingga memperbesar resiko kematian ibu dan bayi. Menurut Tun Kurniasih, yang terpenting dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah penyebarluasan informasi mengenai pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa kepada masyarakat.
“Kalau masyarakat tahu maka mereka akan lebih peduli dan lebih cepat tanggap mencegah sehingga tidak sampai mengalami gangguan jiwa,” demikian Tun Kurniasih Bastaman. [ant/hidayatullah.com]