PARA peneliti dari University of California, San Diego School of Medicine, menemukan, orang yang kadar vitamin D-nya rendah, dua kali lebih mungkin mengalami kematian dini dibandingkan mereka yang kadar vitamin D dalam darahnya lebih tinggi.
Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Public Health tersebut menggunakan ulasan sistematis 32 studi yang menganalisa jumlah vitamin D dalam darah dan angka kematian manusia.
Pengukuran jumlah vitamin D dalam darah menggunakan tes 25-hydroxyvitamin D.
Dalam studi ini, warga dari 14 negara, termasuk Amerika Serikat, dilibatkan selama 9 tahun masa penelitian dengan total partisipan sebanyak 566.583 orang.
Usia rata-rata partisipan saat tes pengambilan darah rata-rata ialah 55 tahun.
“Tiga tahun lalu, Institute of Medicine (IOM) menyimpulkan, memiliki kadar vitamin D dalam darah yang terlalu rendah, berbahaya,” ujar profesor Dr Cedric Garlan dari Departement of Family and Preventive Medicine UC San Diego, seperti dilansir Antara (13/6/2014).
“Studi ini mendukung kesimpulan itu, namun selangkah lebih maju. 20 nanogram/milimeter (ng/ml) merupakan batasan tingkat vitamin D dalam darah, berdasarkan laporan IOM yang menemukan adanya hubungan antara kadar rendah vitamin D dan risiko penyakit tulang. Penemuan baru ini menemukan adanya hubungan antara kadar vitamin D rendah dengan risiko kematian dini,” tambahnya.
Mengomentari temuan ini, profesor Heather Hofflich dari Departemen Pengobatan, UC San Diego School of Medicine, mengatakan, studi ini memberikan jaminan pada publik bahwa vitamin D aman digunakan dalam dosis tepat, yakni hingga 4.000 satuan internasional (IU)/hari.
Sinar matahari dan sumber pangan, seperti ikan berlemak atau berminyak misalnya salmon, tuna, tenggiri, kemudian minyak hati ikan dan kuning telur, diketahui merupakan sumber vitamin D.*