PADA Era Digital, publik banyak disuguhi berita-berita yang sangat tidak bertanggung jawab. Berita hoax merebak kemana-mana. Kalau kita tidak selektif dan klarifikatif (QS. Al-Hujurat [49]: 6), maka informasi itu akan mengganggu aktivitas dan ibadah kita.
Ketika kita membagikan (sharing) tulisan yang tidak bertanggung jawab, maka akibatnya akan banyak orang yang tersesat akibat ulah kita. Jika kita tahu berita itu tidak bermanfaat, maka sudah seharusnya ditinggalkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Sebaik-baik keislaman seseorang, adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi).
Sesuai An-Nahl [16] ayat 125, di balik kita men-sharing atau menyampaikan sesuatu lewat media massa atau media sosial, maka harus dilatari dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik dan argumentasi yang terbaik.
Adab dalam bermedia sosial, tak ubahnya seperti adab kita dalam berinteraksi sehari-hari. Jika dalam hubungan sosial kita tidak menjaga adab, pasti akan dibenci orang. Demikian pula dalam media sosial, tulisan yang menyakiti orang pasti akan membekas pada hati mereka. Bedanya, jika dengan lisan akan terhapus, tapi dengan tulisan kata-kata itu akan tetap ada selama dibaca orang.
Karena itu, salah satu adab yang harus dijaga ketika bermedia sosial adalah menjaga tangan kita dari segala sesuatu yang menyakiti orang lain. Bisa jadi, orang yang tersakiti tak akan memaafkan mereka. Apa lagi kalau sudah viral, bagaimana kita akan meminta maaf.
Mau tidak mau memang kita dihadapkan dengan media sosial (jejaring sosial). Karena itu adalah bagian saran komunikasi dan berbagi masa kini.
Dengan adanya jejaring sosial, seharusnya bisa menambah keimanan dan ketakwaan kita. Ini karena, dengan media sosial kita lebih mudah mengakses dalil-dalil baik dari al-Qur`an, Hadits, maupun dalil-dalil lainnya.
Fenomena maraknya berita hoax, dan pembagian berita-berita tak bermutu sudah disinyalir Nabi sejak lima belas abad yang lalu. Imam Ahmad meriwayatkan:
أَنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ، وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ، حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ، وَقَطْعَ الْأَرْحَامِ، وَشَهَادَةَ الزُّورِ، وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ، وَظُهُورَ الْقَلَمِ
“Sesungguhnya menjelang kiamat, akan terjadi pengkhususan salam hanya untuk orang tertentu, maraknya perdagangan hingga seorang istri membantu suaminya berdagang, terputusnya silaturahim, kesaksian palsu, menyembunyikan kesaksian yang benar, dan bermunculannya pena.” (HR. Ahmad).
Banyaknya bermunculan pena maksudnya, tulisan-tulisan begitu banyak hingga menjadi viral.
Postingan-postingan yang banyak seperti yang terjadi sekarang ini adalah indikator kuat terjadinya hari kiamat. Pada waktu itu umat sudah sampai pada taraf ketergantungan dan hampir tidak bisa pisah darinya.
Jadi, tersebarnya pena bukan saja berkaitan dengan tulisan belaka. Tapi semua yang dihadirkan melalui ide atau gagasan kita dalam bentuk tulisan, gambar, slide misalnya, maka itu masuk dalam kandungan Hadits ini.
Informasi-informasi sekarang begitu deras. Jika kita tidak membekali diri dengan keimanan dan ketakwaan, maka kita akan kesulitan memfilter informasi yang masuk.
Bagaimana kita mengetaui kebenaran informasi, sementara di media sosial kita tidak ada penanggung jawab. Semua orang menjadi reporter, editor, dan penyunting atas dirinya sendiri. Jika kata-kata yang kita produksi tidak disuntung dengan baik, maka akan menyesatkan orang lain.
Pemimpin redaksi Al-Bayan di Arab Saudi menyatakan, “Medan jihad yang paling strategis saat ini adalah media sosial. Karena itu seharusnya setiap Muslim mengambil peran strategis ini melalui media sosial yang dimiliki.”
Media sosial seperti pisau bermata dua. Jika digunakan dengan baik, maka akan menyelamatkan kita. Jika tidak, maka akan menjerumuskan kita. Karenanya, pilihlah jalan surga bersama media sosial. Pilihlah jalan kebaikan dengan cara menyebarkan kebaikan melalui media sosial. Jagalah adab-adab. Jangan gampang memfitnah, karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan (QS. Al-Baqarah [2] : 191).
Dari pembahasan ini bisa disimpulkan adab yang perlu dijaga dalam bermedsos adalah: Pertama, tidak asal menyebar berita sebelum diseleksi dan diklarifikasi. Kedua, bekali diri dengan keimanan dan ketakwaan sebelum mengakses atau memposting tulisan. Ketiga, berjihad menebar kebaikan melalui media sosial.
Keempat, ekstra hati-hati menjaga tangan dan lisan dari segala sesuatu yang bisa menyakiti orang lain. Kelima, meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dari media sosial.* Mahmud Budi Setiawan