Oleh: Catur Sriherwanto
Hidayatullah.com–Di tulisan bagian pertama telah dipaparkan secara ilmiah manfaat kesehatan yang mungkin ada pada kebiasaan mengupil. Namun perilaku yang dalam bahasa Jerman disebut Nasebohren atau Nasenbohren (Nase = hidung, bohren = mengebor; Nasebohren = mengebor hidung) ini bukannya tanpa bahaya. Dalam karya ilmiahnya baru-baru ini (2010), ilmuwan India Lakshmi Purushothaman dan rekannya menuturkan bahwa mengupil merupakan penyebab nomor dua terjadinya pendarahan hidung selama kehamilan. Kebiasaan mengebor hidung berlebihan bahkan bisa berdampak kematian.
Tewas setelah mengebor hidung
Mengupil diartikan sebagai perilaku memasukkan jari (atau benda) ke dalam hidung sendiri dengan tujuan mengambil cairan kering keluar dari hidung. Jika mengupil ini menjadi kebiasaan yang sulit dicegah, maka kelainan ini dalam dunia kesehatan diistilahkan dengan rhinotillexomania. Istilah tersebut berasal dari gabungan kata rhino (dalam bahasa Yunani berarti hidung), tillesthai (menarik, mengunduh), exo (luar), dan mania (keasyikan).
Kegiatan mengupil itu sendiri sebenarnya tidaklah berbahaya. Namun pengeboran lubang hidung itu dapat berdampak sangat buruk jika dilakukan: (1) dengan sangat kuat (misalnya menggaruk dengan kuku jari), (2) terlalu dalam (contohnya memasukkan jari melebihi ukuran panjang ruas pertama jari), (3) menggunakan benda selain jari, dan (4) menggunakan jari kotor. Kebiasaan mengupil tak terkendali mendapat perhatian khusus di kalangan ilmuwan mengingat salah satu dampak berbahayanya adalah kematian!
Ian Bothwell (63 tahun) adalah salah satu contoh korban pengeboran hidung itu. Warga Inggris yang misteri kematiannya diungkap Dr. Emyr Benbow di rumah sakit Manchester Royal Infirmary, Inggris, itu awalnya diduga tewas karena jatuh dari tempat tidur. Namun ketiadaan bekas benturan pada kepala menihilkan penjelasan tersebut. Lubang hidungnya yang dipenuhi darah menjadi pertanda bahwa kematiannya adalah karena epistaxis, atau pendarahan pada lubang hidung. Akhirnya disimpulkan bahwa sang korban yang menderita demensia dan ketergantungan pada minuman keras itu tewas karena mengupil terlalu berlebihan yang berujung pada pendarahan hingga mati.
Penelitian mengupil di Belanda
Sekitar sepertiga manusia di dunia memiliki sejenis kuman bakteri yang diberi nama Staphylococcus aureus yang menghuni lubang hidungnya. Bakteri ini dapat menyerang manusia dan menjadikan mereka sakit, bahkan meninggal dunia. Oleh karena itu, penelitian terkait dengan bakteri tersebut dengan kebiasaan mengupil sangatlah penting demi mencegah terjangkitnya penyakit akibat bakteri tersebut.
Peneliti asal Belanda, Heiman FL Wertheim dkk., melibatkan 238 pasien klinik telinga-hidung-tenggorokan (THT) dan 86 orang sehat yang bekerja di rumah sakit dalam kajiannya. Mereka diminta menjawab daftar pertanyaan seputar perilaku mereka terhadap hidung mereka, serta diteliti apakah hidung mereka mengadung bakteri S. aureus.
Hasilnya, di kalangan pasien THT, mereka yang suka mengupil cenderung memiliki bakteri S. aureus di dalam hidung mereka dibandingkan bukan pengupil. Demikian pula, di kalangan orang sehat, mereka yang mengaku lebih banyak mengupil cenderung lebih sering didapati bakteri S. aureus di dalam hidung mereka. Kesimpulannya, kebiasaan mengupil erat hubungannya dengan keberadaan bakteri S. aureus di dalam hidung si pengupil. Mengatasi kebiasaan mengupil mungkin dapat membantu menghilangkan bakteri tersebut dari lubang hidung. [cs/hidayatullah.com]
Daftar pustaka:
1). Purushothaman, L & Purushothaman, PK (2010) Analysis of Epistaxis in Pregnancy. European Journal of Scientific Research 40(3):387-396. (http://www.eurojournals.com/ejsr_40_3_07.pdf, terkunjungi pada 4 April 2010)
2). BBC (2006) The Truth About Nose-picking. 29 March 2006. (http://www.bbc.co.uk/dna/h2g2/A9737094, terkunjungi pada 4 April 2010)
3). Telegraph.co.uk (2008) Man dies from picking his nose. 5 December 2008 (http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/3566273/Man-dies-from-picking-his-nose.html, terkunjungi pada 4 April 2010)
4). Wertheim, HFL et al. (2006) Nose Picking and Nasal Carriage of Staphylococcus aureus. Infection Control and Hospital Epidemiology 27(8):863-867. (http://www.journals.uchicago.edu/doi/pdf/10.1086/506401, terkunjungi pada 4 April 2010)