ABU ABDULLAH BIN JALA’ (206 H) merupakan seorang ulama yang dikenal sifat wara’nya. Suatu saat ulama yang lama tinggal di Ramallah Palestina ini ditanya mengenai kefaqiran. Namun, beliau malah terdiam sesaat dan pergi. Tak lama lagi kemudian beliau datang dan duduk lalu berbicara mengenai kafaqiran.
Abu Abdullah bin Jala’ tiba-tiba menghindar dari berbicara mengenai kefakiran karena beliau masih menyimpun uang sebesar 4 daniq. Beliau merasa malu kepada Allah berbicara mengenai hal itu sedangkan uang itu masih ada padanya. Baru setelah beliau menginfaqkan uang tersebut, beliau berani berbicara mengenai kefaqiran. (Thabaqat Al Auliya, hal. 86, karya Al Hafidz Ibnu Mulaqqin)