SEBAGAI panduan beragama yang sempurna, al-Qur’an tak hanya berkisah tentang ketinggian ajaran Islam tapi juga membeberkan bagaimana cara meraih kemuliaan bertauhid tersebut.
Untuk tujuan mulia itu Allah Subhanahu Wata’ala mengirim manusia-manusia terbaik di zamannya sebagai utusan Allah dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) menjadi penutup risalah kenabian.
Selain mendakwahi manusia, Nabi Muhammad juga sekaligus menjadi teladan nyata bagaimana menerapkan syariat yang telah diajarkan sebelumnya.
Teladan indah itu bisa ditiru ketika Nabi bersama keluarga, para sahabat, ataupun saat bersama orang-orang yang ada di sekitarnya.
Olehnya, kesempurnaan dan kemuliaan agama Islam hanya bisa diraih jika mengikuti tuntunan agama yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Sebab agama Islam bukanlah ajaran yang datang dari negeri antah berantah yang hanya indah dicerita tapi tak bisa diikuti oleh manusia setelah Nabinya tiada.
Ia juga bukan ajaran yang melulu bicara tentang akhirat dan melupakan kehidupan dunia, dan tidak pula sebaliknya.
Hal itu tergambar dari penjelasan ayat di bawah ini, bahwa untuk menggapai kemuliaan peradaban Islam, maka setidaknya ada dua perkara yang harus menjadi perhatian utama umat Islam.
Allah berfirman:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura [42]: 13)
Pertama, tegakkanlah agama
Pengarang Tafsir Fathu al-Qadir, Imam asy-Syaukani merangkum beberapa pendapat terkait perintah menegakkan agama tersebut.
Di antaranya, Muqatil berkata, perintah menegakkan agama berarti meneguhkan urusan tauhid.
Mujahid menjelaskan, tidaklah Allah mengutus Nabi dan Rasul kecuali mengajarkan shalat, zakat, dan istiqamah menetapi perintah-perintah Allah lainnya.
Sedang Qatadah berpendapat, agama ini bisa tegak jika kaum muslimin sudah sanggup menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram.
Senada, Mufassir Abdurrahman Nashir as-Sa’di menerangkan, menegakkan agama adalah mengerjakan seluruh syariat agama, baik yang bersifat ushul (pokok) maupun furu’ (cabang).
Baca: Pasca Aksi 212, Gairah Persatuan Umat Islam Dirasakan Semakin Tinggi
Semuanya diamalkan terlebih dahulu (fardhu ain) lalu didakwahkan kepada orang lain.
Dalam hal ini tentunya membutuhkan ta’awun (kerjasama) dalam rangka saling menasihati dan mengingatkan untuk perkara kebaikan dan ketakwaan.
Kedua, janganlah berpecah belah
Masih menurut as-Sa’di, wihdatul ummah (persatuan umat) menempati ranking teratas dalam upaya mencapai kejayaan kembali umat Islam.
Hendaknya umat Islam tidak terpecah hanya karena urusan furu’ semata.
Meski demikian, setiap Muslim harus menyadari dalam urusan prinsip agama, akidah misalnya, adalah sesuatu yang tidak boleh diusik atau ditolerir hanya karena khawatir dikatakan berbeda atau radikal dalam urusan keyakinan.
Lebih jauh as-Sa’di mengingatkan, jika bibit perpecahan itu terus dipelihara maka sejatinya yang menangguk keuntungan adalah musuh-musuh agama, bukan yang lain apalagi yang sedang bertikai. Umat Islam sendiri hanya beroleh kerugian dan kehilangan kekuatan.
Baca: “Pesan Ukhuwah” Guru Sidogiri Menjadi Viral di Media Sosial
Sebab perpecahan itu menimbulkan kerenggangan ukhuwah dan keberkahan jamaah.
Untuk itu hendaknya realitas di lapangan bisa menjadi cermin buat seluruh umat Islam.
Ibarat bola liar, kini upaya penistaan agama dan bentuk pelecehan syariat kian menggelinding dan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Mirisnya, umat Islam seolah tak pernah berdaya menghadapi itu semua.
Justru yang terjadi, pelecehan itu terlihat kian marak dan berani dilakukan di hadapan mata umat Islam.*/Masykur Abu Jaulah