Hidayatullah.com | ILMU yang bermanfaat adalah ilmu yang menghasilkan ketaatan terhadap Allah, sehingga menjadi suatu hal yang penting agar kita mempelajari ilmu yang tidak sia-sia. Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu berkata, sesungguhnya Rasulullah ﷺbersabda,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)
Di dalam riwayat lain disebutkan,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، ومِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الأَرْبَعِ
(HR. at-Tirmidzi, 3482, Abu Daud, 1549, an-Nasai, 5470)
Pelajaran dari Hadits di atas:
Hadist di atas memerintahkan kita untuk selalu berlindung kepada Allah dari empat hal, yaitu: dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.
Adapun keterangan pada bab ini hanya fokus pada pembahasan berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.”
Hadist di atas menunjukkan bahwa ilmu terbagi menjadi dua:
(1) ilmu yang bermanfaat bagi penuntutnya
(2) ilmu yang tidak bermanfaat baginya, bahkan akan menyebabkannya sengsara di dunia dan Akhirat.
Pembagian tersebut sesuai dengan hadist Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ﷺ bersabda,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (Hadist Hasan. HR. an-Nasai dan Ibnu Hibban)
Ini dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺbersabda,
اللَّهُمَّ انْفَعَني بِمَا عَلَّمْتنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعَني وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah, berilah aku manfaat dari ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah untukku ilmu.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Berkata at-Tirmidzi: Hadits ini Hasan Gharib)
Ilmu yang Tidak Bermanfaat
Adapun ilmu yang tidak bermanfaat mempunyai beberapa kriteria, diantaranya adalah:
Pertama, Ilmu yang tidak diamalkan
Allah memberikan permisalan ilmu yang tidak diamalkan oleh pemiliknya bagaikan keledai yang membawa buku. Buku itu hanya menjadi beban baginya, sedangkan dia tidak bisa mengambil manfaatnya sama sekali. Ini sesuai dengan firman Allah,
مَثَلُ الَّذينَ حُمِّلوا التَوراةَ ثُمَّ لَم يَحمِلوها كَمَثَلِ الحِمارِ يَحمِلُ أَسفارا
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (QS: al-Jumu’ah: 5)
Kedua, Ilmu yang membawa madharat bagi pemilik dan masyarakat sekitarnya.
Ada banyak ilmu yang tidak berguna. Seperti ilmu sihir dan ilmu hitam. Sebagaimana di dalam firman Allah,
وَيَتَعَلَّمونَ ما يَضُرُّهُم وَلا يَنفَعُهُم وَلَقَد عَلِموا لَمَنِ اِشتَراهُ مالَهُ في الآخِرَةِ مِن خَلاقٍ
“Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.” (QS: al-Baqarah: 102).
Ketiga, Ilmu yang dibanggakan
Dengan ilmu ini, membuat pemiliknya menjadi sombong dan menolak kebenaran. Contohnya ilmu-ilmu yang menjadikan pemiliknya berpaham sekuler dan liberal, membanggakan ilmu dari Barat dan mengandalkan logikanya, sehingga menolak kebenaran Islam, ini sesuai dengan firman Allah;
فَلَمّا جاءَتهُم رُسُلُهُم بِالبَيِّناتِ فَرِحوا بِما عِندَهُم مِنَ العِلمِ وَحاقَ بِهِم ما كانوا بِهِ يَستَهزِئون
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa bangga dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” (QS: Ghafir: 83)
Keempat, Ilmu tentang urusan dunia yang menyebabkan seseorang melupakan dan tidak mau mempelajarai ilmu agama
Ilmu seperti ini membuat seseorang menjadi lengah dari mengingat akhirat. Ia malas beramal shalih untuk bekal pada Hari Kiamat. Ini sesuai dengan firman Allah,
يَعلَمونَ ظاهِراً مِنَ الحَياةِ الدُنيا وَهُم عَن الآخِرَةِ هُم غافِلون
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS: ar-Rum: 7). Wallahu A’lam.*/Dr. Ahmad Zain an Najah, MA, Pusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI). Website: www.ahmadzain.com