Hidayatullah.com | ISLAM telah melahirkan banyak pahlawan. Sebuah agama yang turun di gurun pasir nan gersang bisa mengubah peta peradaban dunia, namun melahirkan para pahlawan membuat Islam bisa menggema keseluruh bumi. Bukan kaum lelaki saja yang bisa menjadi pahlawan Islam. Kaum perempuan pun bisa menjadi sosok yang menginspirasi. Bahkan di medan perang.
Banyak anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan terbatas dalam melakukan kegiatan fisik ketimbang laki-laki. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, karena memang kodrat perempuan menjadi makhluk yang penuh kelembutan, dilindungi dan melindungi, penuh kasih sayang dan membawa perasaan pada kebaikan.
Jauh sekali dalam benak kita bahwa seorang perempuan mampu turut serta dalam kancah peperangan dan melakukan aksi yang biasanya hanya dilakukan oleh kaum lelaki. Namun itu semua bukanlah hal yang tidak mungkin.
Salah satu sosok pahlawan Muslimah di medan jihad adalah Khaulah binti Azwar Al-Kindi. Beliau perempuan pemberani dan mahir mengendarai kuda. Ia tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan dan mujahidah yang terkemuka, hingga “Perempuan Pedang Allah”, “Bidadari besi”, atau “Faritsul mulatsam” seringkali menjadi julukan baginya. Keberaniannya disejajarkan dengan “Sang Pedang Allah”, Khalid bin Walid.
Di tengah perjalanan, Khalid bertemu dengan seorang anggota pasukan berkuda yang membawa tombak. Tidak ada yang terlihat dari anggota tubuhnya kecuali matanya saja. Dia berkuda dengan cepat seorang diri tanpa memedulikan apa yang terjadi di belakangnya.
Ketika Khalid melihat anggota pasukan tersebut, dia berkata, “Sungguh hebat, siapa anggota pasukan berkuda itu?. Demi Allah, sungguh dia adalah seorang anggota pasukan berkuda.”
Khalid dan anggota pasukannya terus membuntuti orang tersebut hingga sampai batas pertahanan pasukan Romawi. Sesampainya di sana, sosok berkuda nan misterius langsung menyerang dan berusaha menerobos barisan mereka. Dia berteriak hingga teriakkannya itu memprak-porandakan pasukan Romawi. Hanya dalam satu kali putaran, dia sudah keluar dalam keadaan tombaknya sudah berlumuran darah. Dia telah berhasil membunuh dan merobohkan sejumlah pasukan.
Kaum Muslimin ragu siapakah gerangan kesatria ini. Rafi’ bin Amirah berkata, “Tentunya kesatria ini sebanding dengan keberanian Khalid bin Walid.”
Kemudian Khalid mengawasi pasukan satu persatu. Lalu Rafi’ berkata lagi,” Siapakah kesatria yang maju mendahuluimu. Sungguh dia telah mempertaruhkan jiwanya dan darahnya.”
“Demi Allah, aku juga tidak mengenalnya. Sungguh apa yang diperbuatnya telah membuat diriku takjub” kata Khalid.
“Wahai panglima,” kata Rafi’ “Sesungguhnya dia menceburkan dirinya ke tengah-tengah pasukan Romawi menikam ke kanan dan ke kiri.”
Khalid kemudian berkata, “ Wahai seluruh kaum Muslimin, bawalah seluruh kekuatanmu dan bantulah orang yang bertempur itu membela agama Allah. Lepaskanlah segala kelemahan dan bangunlah kekuatanmu!”
Ketika pasukan kaum Muslimin sedang berbincang-bincang, tiba-tiba anggota pasukan berkuda itu datang. Dia bak bintang yang bersinar. Kudanya berjalan mengikuti jejaknya. Ketika ada yang berusaha mendekatinya, dia berusaha menghindar dan menempelkan tombaknya kedada orang yang ingin mendekatinya. Hal itu terus dilakukan hingga dia sampai di barisan kaum Muslimin.
Kaum Muslimin pun langsung mengelilinginya. Mereka meminta kepadanya untuk memberitahukan namanya dan membuka penutup kepalanya, tetapi orang itu tak mau menjawabnya.
Setelah Khalid mengulangi pertanyaannya berkali-kali, akhirnya orang itu mau menjawab perkataan Khalid, dalam keadaan masih memakai penutup kepala.
“Wahai pemimpin kami, sesungguhnya alasan mengapa aku tidak mau memperlihatkan diriku kepadamu adalah karena aku malu kepadamu. Engkau adalah seorang pemimpin yang agung, sementara aku melakukan hal ini karena hatiku terbakar dan merasa sakit hati.”
“Lalu siapa engkau sebenarnya?” tanya Khalid. Orang itu menjawab, ”Aku adalah Khaulah binti Azwar Al-Kindi. Tadinya aku sedang bersama perempuan-perempuan dari kaumku, tetapi tiba-tiba seorang datang memberitahuku bahwa saudara laki-lakiku telah ditahan oleh pasukan musuh. Maka aku pun bergegas menaiki kuda, lalu melakukan apa yang telah engkau lihat.”
Mendengar itu, Khalid dan para tentaranya berteriak, lalu melakukan peperangan. Khaulah juga ikut melakukan penyerangan bersama mereka. Ia pun terus ikut berjihad hingga saudara laki-lakinya dapat diselamatkan.
Begitulah kisah seorang pahlawan Muslimah yang hebat. Hebatnya tidak digambarkan pada masa kini. Bangkitlah wahai mujahidah-mujahidah Islam!*/Evie Luthfiyah