Hidayatullah.com | SETELAH gerakan dakwah dinilai cukup berhasil, saatnya Musa bin Nushair memberikan kepercayaan kepada rakyatnya, terutama para pemudanya. Ia pun menetapkan Thariq bin Ziyad sebagai panglima yang ditugaskan memimpin pasukan menaklukkan Andalusia (Saat ini, wilayah itu berada di Spanyol, Portugal, Andorra dan bagian dari Perancis).
Musa adalah mantan budak. Ayah Musa mengabdi kepada Abd al-Aziz ibn Marwan (Gubernur Mesir dan putra khalifah Marwan I) yang kemudian memberinya kebebasan. Ia kembali ke Suriah di mana Musa dilahirkan di sebuah tempat bernama Kafarmara atau Kafarmathra. Tanggal lahirnya adalah 640.
Islam memuliakan Musa, dengan dijadikan sebagai wakil gubernur Iraq oleh khalifah Abd al-Malik, bersama dengan saudara khalifah Bishr ibn Marwan. Pada 698 Musa diangkat menjadi gubernur Ifriqiya dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan penaklukan Afrika Utara dan Kepulauan Balearic dan Sardinia.
Dia adalah gubernur Ifriqiya pertama yang tidak menjadi bawahan gubernur Mesir. Musa merupakan jenderal Muslim pertama yang merebut dan menduduki Tangier; pasukannya juga menaklukkan Sous, secara efektif menguasai semua bagian utara Maroko. Dia juga harus menghadapi serangan konstan dari angkatan laut Bizantium dan dia membangun angkatan laut yang akan menaklukkan Pulau Ibiza, Majorca, dan Menorca.
Suatu ketika Gubernur Julian, mengundang Musa bin Nushair membebaskan Spanyol dari tangan besi Raja Roderick. Musa bin Nushair mengirimkan surat kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik untuk meminta izin menaklukkan Spanyol. Kala itu dilaporkan tentang penderitaan rakyat dan ketidakadilan raja mereka, Roderic.
Raja Roderick dikabarkan telah memerintah dengan kejam dan sewenang-wenang. Dia menindas orang-orang miskinnya dengan pajak tinggi dan kerja paksa. Mereka yang melawan akan dibunuh.
Menugaskan Thariq Bin Ziyad
Setelah mendapat izin dari khalifah, Musa bin Nushair segera mengirimkan letnannya yakni Thariq bin Ziyad. Olehnya banyak ahli sejarah mengatakan, kedatangan Islam di Spanyol atas undangan Gubernur Julian.
Musa bin Nushair dibantu intelijennya, Tharif bin Malik, bekerja selama satu tahun mengamati kondisi Andalusia. Lantas diutuslah orang yang tepat, Thariq bin Ziyad bersama 7000 prajurit Islam untuk menaklukkan Andalusia.
Dan, kala Thariq bin Ziyad telah berlalu dari pandangannya, Ibn Al-Kadibus mengatakan, “Musa bin Nushair tiada henti berdoa sembari meneteskan air mata untuk keberhasilan pasukan kaum Muslimin di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.”
Tariq bin Ziyad adalah seorang mualaf baru dari suku Berber di Aljazair. Awalya dia sebagai budak yang dibebaskan. Islam memberikan status tinggi bahkan kepada budak. Salman Farisi, Bilal ibn Rabah dan Zaid ibn Haritsah adalah budak sebelum dibebaskan pada masa Nabi Muhammad ﷺ. Salman Farisi diangkat menjadi Gubernur Madayen. Bilal dikenal karena suaranya yang indah yang ditugaskan untuk memanggil orang-orang shalat.
Sementara Zaid memimpin pasukan selama Pertempuran Mauta. Bahkan di periode selanjutnya, Mamalik (budak) memerintah Mesir dan Qutubuddin Aibak mendirikan dinastinya di India dan memerintah selama berabad-abad.
Tariq bin Ziyad diyakini berasal dari suku Ash-Shadaf Berber dari Afrika Utara. Dia mungkin lahir pada 50 H. Namun, sejarawan Ibn Idhari menyatakan bahwa dia berasal dari sSuku Ulhasa. Ibn Khaldun telah menulis bahwa Suku Ulhasa ditemukan di kedua sisi sungai Tafna di Tlemcen, Aljazair.
Tariq bin Ziyad dianggap sebagai salah satu komandan militer terpenting dalam sejarah Iberia. Ia tidak saja pandai membuat instruksi, tetapi juga memilih orang yang tepat, kemudian mendoakan dengan penuh kesungguhan, agar orang-orang yang diutusnya mendapatkan ridha Allah, sehingga bisa mendapatkan kemenangan yang diridhai-Nya.
Dan, benar terjadi. Situasi timpang dari sisi kuantitas antara tentara Andalusia dengan tentara Muslim sangat signifikan. Thariq bin Ziyad hanya bersama 7000 prajurit, sedangkan Raja Roderic menghadang kekuatan pasukan Islam dengan 100.000 prajuritnya.
Thariq memimpin pasukan kecil dari Maroko pada 711 M dan mendarat di atas batu tinggi yang disebut Jabal-Al-Tariq (atau Gibraltar) sebelum di Spanyol.
Tentara Tariq, yang terdiri dari 300 orang Arab dan 10.000 Berber masuk Islam, mendarat di Gibraltar. Raja Roderic dari Spanyol mengumpulkan 100.000 pejuang melawan Muslim. Tariq meminta bala bantuan dan menerima kontingen tambahan 7.000 kavaleri di bawah komando Tarif bin Malik Naqi.
Tepay pada 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Atas takdir Allah, pasukan kaum Muslimin mampu menaklukkan secara gemilang 100.000 tentara Andalusia di bawah komando Raja Roderic.
Nafh Ath-Thib, Al-Muqri pernah mengatakan, “Pertemuan dua pasukan itu terjadi pada hari Ahad, dua malam sebelum bulan Ramadhan berakhir. Pertempuran itu berlangsung antara mereka hingga hari Ahad, 5 Syawal, setelah genap berlangsung delapan hari. Lalu kaum musyrikin pun berhasil dikalahkan. Banyak sekali yang terbunuh dari pihak mereka…”
Berita kemenangan itu sampai kepada Musa bin Nushair. Ia pun bergegas menyusul ke Andalusia dan bertemu dengan Thariq bin Ziyad di Toledo.

Selama perjalanan, Musa berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara, Thariq mampu menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibu kota Spanyol saat itu, nyaris tanpa perlawanan.
Setelah pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo, keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Mereka melanjutkan pergerakan menuju wilayah Pyrenies, Prancis. Hanya dalam waktu dua tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Menyusul kemudian Portugis dan diganti namanya menjadi al-Gharb (Barat).
Selanjutnya mereka berdua melanjutkan misi ke utara sampai ke kota Zaragosa, sampai akhirnya datang surat dari Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik yang memanggil keduanya segera kembali ke Damaskus.
Renta
Dengan ditaklukkannya Andalusia, maka Musa bin Nushair tercatat sebagai panglima besar Muslim yang mampu menaklukkan seluruh penjuru kawasan Maghrib Islam (Afrika Utara dan Andalusia).
Dan, kala Andalusia ditaklukkan, usia Musa bin Nushair telah uzur. Namun, ia masih lihai menarik kekang tali kudanya, menuruni lembah, dan menaiki pegunungan wilayah tersebut.
Uban di kepalanya tidak otomatis menggambarkan dirinya telah lemah, justru sebaliknya. Dan, semangat jihad itu tak pernah padam, sampai akhirnya Allah memanggilnya kala dalam perjalanan haji mendampingi Khalifah Salman bin Abdul Malik, di kota Rasulullah, Madinah Al-Munawwarah.
Jika Musa bin Nushair mampu produktif dalam jihad hingga usia 75 tahun, layakkah diri kita merasa begitu tua untuk membela dan menolong agama Allah dengan keahlian dan kapasitas yang kita miliki?*/Imam Nawawi