“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS 67 : 02)
Sudah seminggu lebih ini kita disuguhi tontonan yang sangat menyedihkan dari gempa yang memporak-porandakan sebagian negeri ini. Berbagai tayangan yang memilukan, sehingga terkadang kita pun tidak sanggup menontonnya. Sulit membayangkan misalnya, bagaimana orang-orang yang di CCTV tampak berlarian berusaha menyelamatkan diri,Waallahu A’lam apa yang terjadi dengan mereka beberapa detik kemudian ketika CCTV pun tidak sanggup merekam kelanjutannya.
Tontonan proses kematian massal yang begitu dekat dan nyata, sungguh suatu pelajaran untuk kita semua. Untuk mengingatkan kita bahwa kematian bisa datang menghampiri kita kapan saja, di mana saja. dan dengan proses apa saja.
Untuk apa ini semua diciptakan Allah? Ternyata untuk menguji siapa di antara kita yang paling baik amalnya. Rupanya Allah ingin melihat amal kita, bukan pengaruh kita, bukan popularitas kita, juga bukan banyaknya uang kita.
Ironisnya, tampaknya bangsa ini tidak belajar dan tidak menjadikan kejadian kematian massal yang ada di depan mata kita sebagai pelajaran untuk meningkatkan amal saleh kita.
Apa buktinya? Buktinya juga disajikan di depan mata kita dari berita TV yang satu ke berita TV lainnya, bahkan menjadi tontonan anak-anak kita. Bergantian dengan berita tragis nasib para korban gempa; munculah berbagai berita tentang (proses) pergantian para pimpinan negeri ini, baik itu lembaga tinggi negara maupun organisasi politik.
Proses pemilihan mereka tampaknya tidak melibatkan kriteria amal perbuatan mereka di masa lalu –paling tidak ini yang muncul di media yang menjadi tontonan kita semua. Ada di antara mereka dipilih karena popularitasnya; ada yang dipilih karena kedudukannya sebagai petinggi partai, ada yang dipilih (konon) karena tebaran uangnya.
Dengan proses-proses pemilihan yang tidak berdasarkan amal perbuatan yang baik tersebut; tidak banyak yang bisa kita harapkan dari mereka untuk perbaikan masa depan bangsa ini.
Jadi bagaimana dengan kita sendiri? Kita punya tanggung jawab pribadi dan kita pun akan ditanya tentang amal kita. Sungguh beruntung bila menyaksikan berbagai tayangan memilukan tersebut di atas, kita bisa mengingat mati untuk diri kita sendiri. Bukan untuk sekedar bersedih-sedih, tetapi untuk memaksimalkan amal baik kita. Mumpung kita masih hidup, mumpung kita masih diberi kesempatan.
Bila kesempatan sudah tidak ada lagi (ketika kita sudah mati), berharap kembali dihidupkan di dunia untuk beramal baik, akan menjadi keinginan yang sia-sia belaka.
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS 32 : 12)
Banyak sekali amal saleh yang bisa kita lakukan sesuai kemampuan kita masing-masing; salah satunya adalah yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu.
Bila kematian massal korban gempa ini dapat menjadi pelajaran massal bagi kita semua yang menyaksikannya, kemudian kita semua berusaha maksimal untuk dapat mengerjakan amal saleh selagi kita masih hidup, maka insya Allah negeri ini akan menjadi sangat produktif. Kita tidak akan lagi melihat sumber daya di sekitar kita idle, kita tidak akan menyisakan waktu yang kita miliki untuk bersantai-santai.
Semoga kesempatan yang masih diberikan-Nya ke kita saat ini untuk bisa beramal saleh, benar-benar dapat kita manfaatkan….Amin.
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar dan kolumnis di [hidayatullah.com]