Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di ayat lain, Allah juga janjikan Hikmah – yaitu pemahaman yang mendalam tentang petunjukNya itu – kepada orang-orang yang sama yaitu para ulil albab.
“Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya para ulil albab-lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS 2:269)
Nah petunjuknya sama yaitu Al-Qur’an yang hanya 6000-an ayat didalamnya. Tetapi tidak serta merta semua yang membacanya memperoleh jawaban tentang semua persoalan itu. Untuk bisa memperolehnya, seseorang harus tidak berhenti memikirkan ciptaanNya, terus mengingatNya, dan mengakui ketidak sia-siaan setiap ciptaanNya. Saat itulah dia menjadi seoang ulil albab berdasarkan definisi rangkaian ayat yang pertama di atas. Dan kepada mereka inilah Allah janjikan hikmah – kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an itu.
Sekarang kita coba aplikasikan pendekatan petunjukNya ini untuk hal yang sudah bisa dijelaskan secara science tersebut di atas. Tentang tanaman yang menurun hasilnya dari sisi kwalitas maupun kwantitas, juga tentang buah yang tidak terasa manis di musim hujan.
Perhatikan di dua pasang rangkaian ayat-ayat berikut. Perhatikan persamaannya di kata-kata yang saya tebalkan. Apa yang dapat Anda pikirkan ? ( karena di kedua rangkain ayat ini kita diminta berfikir !)
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16:10-11)
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.” (QS 20 :53-54)
Lihat kemiripan redaksi dan susunannya, khususnya tiga hal yang saling berkaitan yaitu turunnya hujan, tumbuhnya pepohonan (buah-buahan) dan kegiatan menggembala. Apa maknanya ? apa hubungannya ?
Secara science tadi sudah dijelaskan bahwa konsentrasi mineral yang rendah yang menurunkan hasil pertanian, buah tidak terasa manis di musim penghujan. Proses menggembala adalah proses menginjeksi mineral-mineral yang dibutuhkan tanaman, proses meningkatkan konsentrasi mineral di dalam tanah yang berasal dari kotoran ternak berupa padatan dan cairan.
Kalau saja kita mengamalkan kegiatan menggembala tersebut – seperti juga mengapa seluruh nabi melakukannya , maka mineral yang ada didalam tanah yang keberadaannya sangat dibutuhkan tanaman akan selalu terisi kembali oleh kotoran ternak ini.
Di musim hujan, rerumputan banyak tumbuh di sekitar pepohonan, semakin sering bisa digembalakan ternak – semakin banyak mineral yang terserap ke dalam tanah, dan inilah yang akan menjaga konsentrasi mineral tersebut ketika tanaman mengisap air dari tanah.
Lebih dari itu, didalam perut hewan itu juga terkandung bermilyar microflora yang akan pindah ke tanah bersamaan dengan jatuhnya kotoran ke tanah. Microflora inilah yang kemudian memproduksi antibiotics, vitamin, hormone dan berbagai senyawa biogenic yang belum semuanya bisa dijelaskan oleh ilmu manusia modern hingga saat ini.
Kotoran yang membawa bermilyar microflora tersebut pula yang kemudian melanjutkan proses dekomposisi zat-zat organic baik secara aerob maupun anaerob, yang membuatnya mudah dicerna oleh tanaman dan melawan microorganism pathogen – pembawa penyakit – dari dalam tanah. Tanah tidak hanya subur tetapi juga sehat untuk menunjang tumbuhnya tanaman.
Walhasil penggembalaan yang merupakan proses yang sangat komprehensif dalam menjaga siklus kehidupan di muka bumi ini, hanya sebagian yang sangat kecil saja yang bisa digantikan dengan kegiatan pemupukan kimia. Bahkan juga bisa jadi tidak sepenuhnya tergantikan oleh proses pemupukan dari kotoran ternak yang sudah difermentasi.
Yang terakhir ini tentu lebih mendekati ketimbang pemupukan kimia, tetapi kalau bisa melaksanakan persis seperti yang diperintahkan di ayat tersebut di atas – yaitu menggembala – pasti hasilnya akan lebih baik, karena sangat bisa jadi masih segudang hikmah lain dari menggembala yang belum sepenuhnya bisa kita pahami.
Teorikah ini? Alhamdulillah tidak, sebagian besarnya telah dipahami dan dicoba amalkan oleh team kami yang berusaha mengembalikan kemakmuran bumi ini dengan apa yang kita sebut Integrated Organic Farming – yang hasil praktek dan ilmunya akan di-share ke siapa saja yang berminat dalam workshop dua hari di Maret nanti. InsyaAllah.*
Penulis Direktur Geraidinar.com