Hukum membuat countdown (hitung mundur) bagi bulan Ramadhan adalah keharusan. Bahkan, hal ini sangat digalakkan
Assalamualaikum ustad, apakah hukum membuat countdown (hitung mundur) bulan Ramadhan?
Hidayatullah.com | SESUNGGUHNYA bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinanti-nantikan dan dirindui oleh golongan yang beriman. Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Artinya, “(Waktu kamu wajib berpuasa adalah) bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, dan sebagai hujjah yang menjelaskan petunjuk itu dan (menjelaskan) perbedaan antara yang haq dan yang batil. Maka barang siapa di antara kamu menyaksikan bulan Ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu; dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, maka (semoga dia berbuka, kemudian dia harus berpuasa) sebanyak hari yang tersisa pada hari-hari lainnya.” (Surah al-Baqarah: 185).
Bagi menjawab soalan di atas, pertamanya, countdown bermaksud mengira detik yang berbaki sehingga tibanya sesuatu waktu yang dinantikan. Sesungguhnya perbuatan menunggu dan menanti-nantikan tibanya waktu yang dikhususkan untuk beribadah merupakan satu perkara yang mulia. Hal ini sama seperti menunggu waktu-waktu solat selepas selesai menunaikannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
وعن أبي هريرة – رضي الله عنه – : أنَّ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( ألا أدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الخَطَايَا ، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ؟ )) قَالُوا : بَلَى يا رَسُول اللهِ ؟ قَالَ : (( إسْبَاغُ الوُضُوءِ عَلَى المَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ الخُطَا إلَى المَسَاجِدِ ، وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ، فذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?” Para sahabat berkaha, “Tentu, wahai Rasulullah.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Menyempurnakan wudhu pada saat-saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Itulah yang namanya ribath (mencurahkan diri dalam ketaatan), itulah yang namanya ribath.” (HR: Muslim, no. 251).
Demikian pula, memang ada penyemangat bagi kita untuk menunggu dan berharap akan diantarkan ke bulan Ramadhan. Hal ini dapat dipahami ketika kita dianjurkan untuk melaksanakan shalat mulai dari bulan Rajab dan Sya’ban lagi hingga mencapai bulan Ramadhan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Saidina Anas bin Malik RA, bahwa dia berkaha: “Rasulullah berdoa segera setelah bulan Rajab datang;
اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah bagi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR: Ahmad di dalam Musnadnya)
Selain itu, kita juga dianjurkan berdoa supaya dapat sampai kepada bulan Ramadhan dalam keadaan yang selamat sejahtera dan bersedia untuk melaksanakan ibadah di dalamnya dengan bersungguh-sungguh. Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah:
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Diriwayatkan oleh al-Tabarani di dalam al-Du’a (913) dan Abu Nu’aim al-Asbahani di dalam Hilyah al-Auliya’ (3/69)).
Disamping itu juga, Imam Ibn Rajab al-Hanbali di dalam kitabnya, Lataif al-Ma’arif menukilkan dari Ma’la bin al-Fadhl: “Sesungguhnya mereka (golongan salaf) berdoa kepada Allah SWT selama enam bulan supaya disampaikan kepada mereka bulan Ramadhan dan enam bulan lagi supaya Allah SWT menerima daripada mereka amalan mereka”. (Lataif al-Ma’arif: 204).
Ada dalam kalangan mereka golongan salaf yang juga melantunkan syair karena kegembiraan menantikan kedatangan ‘tamu yang membawa berkah’ yakni bulan Ramadhan, dengan berkaha;
جَاءَ شَهرُ الصِّيَامِ بِالبَرَكَاتِ * فَأَكْرمْ بِهِ من زَائِرٍ هُوَ آتِ
“Maka bulan puasa yang penuh berkah telah datang
Alangkah mulianya tetamu ini yang bertandang.
(Lataif al-Ma’arif Fi Ma Li Mawasim al-‘Am Min al-Wazaif: 204).
Ini adalah salah satu cara kalangan terdahulu memperingatkan orang banyak untuk mempersiapkan diri dengan kedatangan bulan Ramadhan.
***
Berdasarkan perbahasan dan perbincangan di atas, kami menyimpulkan bahwa hukum membuat countdown (hitung mundur) bagi bulan Ramadhan adalah keharusan. Bahkan, hal ini sangat digalakkan jika sekiranya perkara tersebut menjadikan orang banyak lebih bersemangat dalam melakukan kebaikan dan amal ibadah, maka orang yang membuat perkara ini akan turut mendapat pahala, berdasarkan satu hadith bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
الدالُّ على الخيرِ كفاعلِه
“Orang yang menganjurkan kebaikan mendapat pahala yang sama seperti orang yang melakukannya.” (HR: al-Tirmidzi: 2670).
Terdapat pelbagai cara untuk memperingatkan orang untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bulan Ramadhan, salah satunya adalah cara countdown seperti ini. Ia satu usaha dakwah yang sangat baik dan memberi kesan yang besar terhadap masyarakat.
Namun yang terpenting, janganlah semata-mata menunggu tibanya bulan Ramadhan, sebaliknya hendaklah kita membuat persiapan dan memperbanyakkan amalan di bulan-bulan yang lain. Semoga Allah SWT memberikan kita kefahaman yang sahih dalam memahami syariat-Nya serta taufiq dan hidayah untuk melaksanakan ibadah ikhlas semata-mata karena-Nya. Amin. WaAllahu a’lam.* (muftiwp.gov.my)