Imam Ahmad, pelopor Mazhab Hanbali melakukan takhlil al lihyah (memasukkan jari jemari ke sela-sela jenggot), sementara amalan ini dianggap dhaif
Hidayatullah.com | TAKHLIL dalam pengertian bahasa adalah memasukkan sesuatu di sela-sela sesuatu. Kalau takhlil al lihyah adalah memasukkan jari jemari ke sela-sela jenggot. (Lihat, Al Muthli` `ala Alfadz Al Muqni`, hal. 31)
Terkait amalan ini (takhlil al lihyah) Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa hadis yang berkenaan dengan hal itu dhaif, tapi di kesempatan yang sama Imam Ahmad menegaskan bahwa ia mengamalkannya.
Imam Abu Dawud berkata, โAku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal, โMenyela jenggot dengan jari-jemari?โ Ia menjawab, โMenyela jenggot dengan jari-jemari. Dan telah diriwayatkan mengenai hal itu beberapa hadis, tidak ada dari satu hadis pun yang tsabit dari Nabi ๏ทบ.โ (Masa`il Al Imam Ahmad Riwayah Abi Dawud, hal. 13)
Al Khallal dalam kitab Al `Ilal juga menyatakan, โTelah mengabarkan kepada kami Abu Dawud As Sijistani, di mana ia berkata, โAku telah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal, โMenyela jenggot dengan jari-jemari?โ Ia menjawab, โMenyela jenggot dengan jari-jemari.โ Dan telah diriwayatkan mengenai hal itu beberapa hadis, tidak ada dari satu hadis pun yang tsabit. Dan yang terbaik dalam bab ini adalah hadis Syaqiq dari Utsman.โโ (Taโliqah โala Al Ilal li Ibni Abi Hatim, 1/42).
Hadis Syaqiq dari Utsman bin Affan yang dimaksud adalah:
ุนููู ุดูููููู ุจููู ุณูููู ูุฉูุ ููุงูู: ุฑูุฃูููุชู ุนูุซูู ูุงูู ุชูููุถููุฃูุ ููุฐูููุฑู ุงููุญูุฏููุซูุ ููุงูู: ููุฎูููููู ููุญูููุชููู ุซูููุงุซูุง ุญูููู ุบูุณููู ููุฌูููููุ ุซูู ูู ููุงูู: ” ุฑูุฃูููุชู ุฑูุณูููู ุงูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุนููู ุงูููุฐูู ุฑูุฃูููุชูู ููููู ููุนูููุชู ” (ุฃุฎุฑุฌู ุงูุจูููู ูู ุงูุณูู ุงููุจุฑู: 246, 1/90)
Artinya: Dari Syaqiq bin Salamah ia berkata, โAku melihat Utsman berwudhu -kemudian ia menyebutkan hadis-, lantas berkata, โLantas ia menyela jenggotnya tiga kali ketika membasuh wajah, lantas ia berkata, โAku melihat Rasulullah ๏ทบ melakukan apa yang kalian lihat dari apa yang telah aku lakukan.โโ (Riwayat Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra 246, 1/90)
Selain Imam Ahmad, Abu Hatim dan Yahya bin Ma`in mendhaifkan hadis
Riwayat lainnya tentang pendhaifan hadis mengenai takhlil al lihyah oleh Imam Ahmad diriwayatkan oleh putranya Abdullah. Abdullah meriwayatkan dari ayahnya (Imam Ahmad), tidak ada dalam masalah takhlil al lihyah sesuatu yang shahih. (Talkhis Al Habir, 1/278)
Yang sejalan dengan dengan Imam Ahmad dalam mendaifkan hadis adalah Al Hafidz Abu Hatim Ar Razi, di mana putranya berkata, โAku mendengar dari ayahku, โTidak tsabit dari Nabi ๏ทบ dalam masalah takhlil al lihyah satu hadis pun.โ (Ilal Al hadis li Ibni Abi Hatim Ar Razi, 1/553).
Yahya bin Ma`in juga mendhaifkan hadis tersebut, sebagai mana dikutip oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani. (At Tamyiz fi Talkhis Takhrij `Ahadis Syarh Al Wajiz, 1/222)
Para ulama yang menshahihkan
Namun, ada pula para ulama yang menshahihkan, seperti Imam At Tirmidzi, di mana ia berkata, โIni adalah hadis yang hasan shahih.โ (Sunan At Tirmidzi, 1/86)
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban memasukkan hadis Utsman bin Affan dalam Ash Shahih mereka. (Lihat, Shahih Ibnu Khuzaimah, 1/78, Shahih Ibnu Hibban, 3/363)
Demikian juga Imam Al Hakim dalam Al Mustradrak menyatakan bahwa isnad hadis Usman shahih. Sedangan Imam Adz Dzahabi menanggapinya, โIbnu Ma`in mendaifkannya, namun ia memiliki syahid shahih.โ (Al Mustadrak dan At Talkhis, 1/249)
Kesimpulannya, hadis mengenai takhlil lihyah ada perbedaan pandangan di antara para ualam mengenai status keshahihannya. Imam Ahmad termasuk ulama yang mendhaifkan, meski demikian beliau tetap memilih untuk mengamalkan hadis tersebut.
Pendapat Madzhab Hanbali
Dalam Madzhab Hanbali, pendapat madzhab yang shahih menyatakan bahwasannya tahlil al lihyah merupakan perkara yang mustahab. Al Mirdawi berkata, โDan menyela jenggot, jika ia tipis maka wajib membasuh kulit janggut. Namun jika ia tebal dan ini yang dimaksud oleh penulis, maka yang shahih dari madzhab, dan ia merupakan pendapat mayoritas ashab, dan telah memastikan banyak dari mereka bahwa takhlil al lihyah mustahab.โ (Al Inshaf, 1/134)
Mustahab adalah sesuatu yang telah dikerjakan oleh Nabi Muhammad satu atau dua kali. Dimana Baginda Nabi tidak merutinkannya (red).
Ada pula ulama Madzhab Hanbali yang menyatakan wajibnya takhlil al lihyah, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abdus. (Al Inshaf, 1/134)
Namun ada pula pendapat lemah dalam madzhab yang menyatakan bahwa ia tidak mustahab. Pendapat ini dinilai jauh dari atsar. (Al Inshaf, 1/134).*/Thoriq, LC, MA
Baca juga: