Hidayatullah.com—Memasuki musim penghujan seperti saat ini, menjadi momen yang paling ditunggu oleh segenap mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) dan warga kampus yang bermukim di kampus II yang terletak di atas Bukit gunung Kapur Kukusan, Panceng Gresik Jawa Timur.
Ada beberapa penyebab mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama, ketika musim penghujan tiba, maka air akan melimpah. Patut diketahui, hingga saat ini warga pesantren hanya mengandalkan musim hujan untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Itu dikarenakan unsur tanah didominasi oleh kapur sehingga sukar ditemukan sumber air.
Selain itu, tentu saja suasana yang asri dan sejuk karena pohon-pohon dan rerumput pada bermunculan sehingga mampu ‘menghijaukan’ suasana kampus.
Nampak pada foto di atas, seorang mahasahtri tengah melintasi hutan jati yang dipenuhi dengan dau-daun yang menghijau. Sebuah pemandangan yang cukup memanjakan mata.
Kondisi akan berbalik 180 derajat, ketika musim kemarau menyapa. Kawasan kampus akan terasa sangat gersang. Rumput-rumput akan mati dan daun-daun hutan jati akan berguguran. Debu-debu pun berseliweran melaayang-layang di udara bersama angin musim panas yang berhembus.

Dan kepastian selanjutnya, air tidak akan didapatkan di lokasi kampus. Untuk memenuhi kebutuhan warga kampus, mereka harus berjalan menelusuri hutan jati menuju sumur di salah satu kebun warga, yang jaraknya hingga mencapai 1kilo meteran.
Nampak pada foto berikutnya di antara mahasiswa tengah berduyun-duyun mengambil air dari sumur dengan membawa gerigen-gerigen, mulai dari ukuran paling kecil 5 liter hinggaa yang paling besar, 20 liter.
Selain dua musim di atas (hujan dan kemarau), ada satu ‘musim’ lagi yang juga sering menimpa kampus Panceng. Dan itu adalah ‘musim’ kebakaran.
Ya, musibah kebakaran hutan jati milik pesantren hampir terjadi setiap tahun. Sampai sekarang belum diketahui penyebabnya; Apakah disengaja bakar oleh oknum yang kurang bertanggung jawab, atau memang murni kebakaran yang dihasilkan oleh gesekan-kesekan antar ranting dan sebagainya sehingga mematik timbulnya percikan api.

Yang pasti kebakaran ini terjadi pada musim kemarau dan ketika para mahasiswa tengah menjalani liburan.
Seperti yang terjadi beeberapa bulan yang lalu. Ketika ada beberapa ustadz tengah melakukan kunjungan untuk melihat-lihat kondisi kampus, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan nyala api yang melahap daun-daun jati yang mengering.
Nampak pada foto berikutnya, ustadz Agus, salah satu pengasuh pesantren, yang hadir pada pertemuan itu, berupaya untuk memotong lajur api dengan cara menyingkirkan dedaunan dengan menggunakan sebuah ranting jati.*/Robinsah