JIKA di Jakarta ada “polisi ganteng” yang populer pasca “peristiwa Sarinah”, lain lagi di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur (Kaltim). Seorang polisi mengundang decak kagum para netizen bukan karena parasnya.
Adalah Komisaris Polisi Kasdi, salah seorang Perwira Menengah di Polres Kubar. Kepala Bagian Perencanaan di Polres ujung barat wilayah hukum Polda Kaltim itu punya rutinitas unik dalam kesatuannya. Apa itu?
Lihat saja foto-foto ini. Dalam gambar yang diunggah fanspage facebook Humas Polres Kutai Barat itu, tampak seorang polisi berseragam sedang mengajar membaca al-Qur’an sejumlah gadis berjilbab.
Ya! Pria yang tidak disebutkan usianya itu juga “berprofesi” sebagai guru mengaji. Mari simak kisahnya yang ditulis mengiringi unggahan itu, Selasa, 9 Rabiuts Tsani 1437 H (19/01/2016) –dengan beberapa gubahan dari hidayatullah.com– berikut ini:
“Assalamu‘alaikum, anak-anak. Maaf, bapak belum ganti baju. Oya, tunggu sebentar ya, bapak shalat Maghrib dulu….”
Sore itu, Senin (18/01/2016), aktifitas di Polres Kubar begitu padat, hal ini mengharuskan Kasdi berada di kantor hingga menjelang Maghrib. Ia tampak sibuk, berusaha menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera menuju ke Mushalla Polres Kubar.
Setibanya di mushalla, tampak anak-anak yang ingin belajar membaca al-Qur’an kepadanya, sudah menunggu mantan Kapolsek Barong Tongkok itu. Kasdi pun meminta maaf kepada anak-anak dan pamit untuk shalat Maghrib terlebih dahulu.
Saat mengajar mengaji, terlihat ia begitu akrab dengan anak-anak. Tidak tampak ada jarak antara mereka. Ia mengajar layaknya mengajari anaknya sendiri, penuh rasa kasih sayang.
Kasdi mengisahkan, awal ia mengajar mengaji anak-anak itu sekitar 2 tahun lalu, mereka merasa takut pada dirinya. Menyikapi hal ini, ia mencoba mencari tahu akar permasalahanya.
Ternyata, ancaman dari para orangtua kepada anak-anak bahwa mereka akan ditangkap polisi jika tak mau menuruti orangtua, adalah permasalahan utamanya.
Lalu, secara terpisah Kasdi berusaha mengumpulkan anak santri mengajinya. Ia pun meminta agar para orangtua tidak melakukan ancaman itu lagi. Seiring perjalanan waktu, alhamdulillah, anak-anak itu bisa akrab dan dekat dengannya.
Teruslah mengabdi Bhayangkara, sederhana dan bermakna.
Kisah Kasdi diakui kebenarannya oleh salah seorang dai di Melak, Kubar, Edy Iffah, yang juga pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah setempat. Ia mengaku pernah melihat Kasdi.
“Di kompleks kantor polresnya ada mushallanya, dan kalau sore usai Maghrib ada anak-anak sekitar mushalla yang belajar ngaji,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Jumat (22/01/2016).
Di mushalla itu, terang dai yang bertugas di Melak sejak tahun 2009 ini, rutin digelar kegiatan pengajian yang diisi para ustadz Hidayatullah. Bukan kebetulan jika ada pegawai Polres Kubar yang anaknya belajar di pesantren itu.
“Saya juga sering dengar cerita-cerita seputar Kasdi dari orangtua santri,” ujar Edy yang pekan depan mulai berpindah tugas dakwah ke Kabupaten Mahakam Ulu.
Kasdi pun menuai apresiasi dari para netizen. Akun Andri Munajat menilai, apa yang dilakukan Kasdi bukan sesuatu yang sederhana, tapi “Top banget, sangat bermakna.”
Sementara Isul Imoet percaya, walaupun sedikit polisi seperti itu, mudah-mudahan Kasdi memberi kesadaran buat para polisi lainnya. “Bahwa hidup seperti inilah tujuannya, selalu menyebarkan kebaikan, bukan sebaliknya. Semoga selalu dilapangkan rejekinya ya, Pak (Kasdi),” tulisnya.
Netizen lain turut mendoakan agar polisi tersebut selalu istiqomah dalam kebaikannya. “Semoga bertambah banyak polisi seperti bapak ya. Bukan yang curiga melihat muslim/muslimah yang mengadakan pengajian,” harap Murtini Murni.
Bahkan, seorang netizen bernama Izzul Bima mengaku pernah menjadi anak buah Kasdi. “Mbah Kasdi, seniorku, salah satu mantan Babinkamtibmas Terbaik Poltabes Samarinda. Kemampuannya di bidangnya sudah tidak diragukan lagi. Maju terus, Mbah, rindu akan candamu, seniorku,” ungkapnya.
Hingga Jumat pagi, unggahan berjudul “Kisah Kompol Kasdi Ajar Ngaji” itu setidaknya telah disukai oleh 2425 akun, dibagikan 1685 kali, dan dikomentari 241 kali.
Jika “polisi ganteng” di Jakarta dikabarkan digandrungi kaum hawa, Kasdi bisa dibilang lebih dari itu. Ia tampaknya digandrungi berbagai kalangan masyarakat dan umat. Apalagi kalau bukan karena kegantengan perilakunya.*