Lanjutan dari artikel KEDUA
Oleh: Musthafa Luthfi
WALAUPUN bukan solusi, namun pemisahan semakin dekat menjadi kenyataan akibat tumbangnya pemerintah secara tak terduga di utara disamping rasa kekecewaan besar yang masih melekat di kalangan warga selatan yang menilai dan merasakan bahwa unfikasi hanya sebatas agenda pribadi mantan Presiden Saleh. Setelah Saleh hengkang, para pemimpin utara lewat dialog nasional berusaha jujur dengan memperbaiki kesalahan rezim Saleh dengan memberikan peluang kepada selatan untuk menduduki puncak pemerintahan, Presiden dan Perdana Menteri.
Sistim federal juga sebagai salah satu bentuk upaya nyata pemimpin utara memberikan peluang lebih besar bagi selatan untuk mengurus sendiri hasil buminya yang selama ini hanya dimanfaatkan segelintir elit penguasa di utara. Namun konsesi utara tersebut pupus secara mengejutkan setelah terjadi kevakuman kekuasaan di utara akibat aksi al-Houtsi yang ditengarai bersekutu dengan musuh lamanya mantan Presiden Saleh.
Pemerintah transisi dalam keadaan sekarat saat ini dan tinggal menunggu pengumuman wafatnya dalam beberapa bulan ke depan apabila masyarat internasional hanya sebagai penonton. Apabila “kematian“ pemerintah diumumkan secara langsung maupun tidak langsung maka hal tersebut akan menjadi dasar kuat bagi selatan untuk memproklamirkan kembali berdirinya negara Yaman Selatan.
Yaman sedang di ambang pintu memasuki babak baru yang besar kemungkinan akan diwarnai konflik internal dan intervensi asing sesuai kepentingan masing-masing sehingga rakyatlah yang akan menjadi korban dan menanggung kerugian besar yang hingga saat ini belum pernah ditanya pendapatnya tentang masa depan negara yang mereka harapkan.*/Sabtu 24 Zulhijjah 1435 H
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Yaman