Hidayatullah.com– Pengadilan di Afrika Selatan mengukuhkan larangan bagi perusahaan raksasa migas Shell untuk menggunakan gelombang seismik untuk mengeksplorasi minyak dan gas di lepas pantai Samudera Hindia.
Keputusan yang dikeluarkan di Makhanda pada hari Kamis (1/9/2022) itu menandai kemenangan bagi pecinta lingkungan yang khawatir akan dampak eksplorasi tersebut terhadap paus dan makhluk laut lainnya.
Keputusan tahun 2014 yang memberikan hak untuk “eksplorasi minyak dan gas di wilayah eksplorasi Transkei dan Algoa ditinjau ulang dan dikesampingkan,” kata pengadilan tinggi di kota itu.
Organisasi hak-hak sipil dan warga sipil merayakan kemenangan itu di luar gedung pengadilan setelah pembacaan putusan, menurut media setempat seperti dilansir AFP.
Desember tahun lalu, pengadilan yang sama telah mengeluarkan perintah sementara yang melarang Shell melanjutkan rencananya tersebut.
Green Connection, salah satu organisasi lingkungan dan hak asasi manusia yang mengajukan kasus terhadap Shell, mengatakan bahwa “masyarakat sipil, masyarakat adat dan [nelayan] skala kecil sekali lagi telah dibenarkan oleh pengadilan”.
Perusahaan perminyakan itu akan mengumpulkan data seismik 3D di lebih dari 6.000 km persegi (2.300 mil persegi) lautan lepas Wild Coast – bentangan perairan Afrika Selatan sepanjang 300 km (185 mil) yang kaya akan kehidupan laut dan sumber daya alam.
Para pegiat lingkungan hidup berpendapat aktivitas Shell itu akan mengirimkan gelombang kejut yang “ekstrem” setiap 10 detik, 24 jam sehari selama lima bulan, yang berpotensi membahayakan spesies laut dan mengganggu rutinitas hidup mereka.
Kementerian Energi Afrika Selatan mendukung rencana Shell tersebut, dan mengkritik para penentangnya sebagai pihak yang menggagalkan investasi dalam upaya pembangunan negara.
Seorang juru bicara Shell mengatakan perusahaan “menghormati keputusan pengadilan” dan akan meninjau keputusan tersebut guna “menentukan langkah kami selanjutnya”. Shell tidak mengatakan apakah akan mengajukan banding atas putusan tersebut atau tidak. “Kami tetap berkomitmen untuk Afrika Selatan dan peran kami dalam transisi energi yang adil,” katanya.*