Hidayatullah.com– Para penguasa negeri-negeri yang tergabung dalam Uni Emirat Arab, hari Sabtu (14/5/2022), mengumumkan bahwa mereka secara bulat sepakat untuk menunjuk Mohammed bin Zayed Al Nahyan sebagai presiden negara di Semenanjung Arab itu.
Dilansir Associated Press, kantor berita resmi WAM melaporkan bahwa para penguasa tujuh keemiran yang ada di UEA mengambil keputusan tersebut dalam pertemuan yang digelar di Istana Al Mushrif Palace di Abu Dhabi.
Pertemuan digelar menyusul kematian Presiden Khalifa bin Zayed Al Nahyan pada hari Jumat dalam usia 73 tahun.
Sejak Uni Emirat Arab resmi terbentuk dan menjadi negara berdaulat pada 1971, baru tiga kali negara itu memilih presiden.
Khalifa bin Zayed Al Nahyan mengambil alih kekuasaan ketika Zayed bin Sultan Al Nahyan wafat pada tahun 2004. Sekarang adiknya dari lain ibu, Mohammed bin Zayed Al Nahyan ditunjuk untuk menggantikan abangnya sebagai presiden.
“Kami mengucapkan selamat kepadanya, dan kami berjanji setia kepadanya, dan rakyat kami berjanji setia kepadanya,” kata penguasa Dubai, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, lewat Twitter usai pertemuan itu. “Seluruh negari akan dipimpin olehnya untuk membawanya ke jalan kemuliaan dan kehormatan, insya Allah,” imbuhnya.
Uni Emirat Arab memberlakukan masa berkabung tiga hari. Selama itu, kantor dan kegiatan bisnis dihentikan sebagai bentuk penghormatan kepada mendiang Syaikh Khalifa. Papan reklame elektronik di negara itu semuanya menunjukkan gambar mendiang presiden dan penguasa Dubai itu, dan sejak Jumat malam bendera dikibarkan setengah tiang.
Syaikh Mohammed, 61, telah berperan sebagai presiden de facto UEA sejak 2014, ketika abangnya dari ibu berbeda itu mengalami stroke dan tidak lagi tampil di muka publik.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Di bawah kepemimpinannya, UEA bersama Arab Saudi menunjukkan kekuatan militer negara mereka dengan menghadapi kelompok pemberontak Syiah Houthi, di negara tetangga Yaman, yang juga mengancam keamanan kedua negara kaya Arab tersebut.
Namun, di bawah kepemimpinan Syaikh Mohammed pula UEA berusaha memperbaiki hubungan dengan Iran dan Turki.
“Transisi kekuasaan yang mulus di UEA mencerminkan ketenangan kerja institusional dan mekanisme tata kelola tingkat lanjut serta stabilitas negara,” kata diplomat senior UEA Anwar Gargash.*