Hidayatullah.com—Mengejar si kulit bundar yang menggelinding ke sana ke mari dan menggocek lawan di lapangan dengan disaksikan jutaan pasang mata orang di seluruh dunia rupanya dianggap lebih penting dibanding berpuasa di bulan Ramadhan, setidaknya oleh bintang sepakbola Mesut Ozil.
Ibadah puasa yang akan dimulai pada hari Ahad besok (28/6/2014) memang menjadi tantangan tersendiri bagi para pesepakbola Muslim yang sedang ikut turnamen Piala Dunia di Brazil. Pekan depan, ritual tahunan pencinta bola sepak itu memasuki tahapan yang lebih seru di mana tinggal tim dari 16 negara saja yang akan berebut masuk ke babak selanjutnya.
Ada banyak Muslim yang bermain di sejumlah tim, seperti Prancis, Jerman dan Aljazair. Tim Ayam Jago asal Eropa bahkan selama beberapa kali terakhir gelaran piala dunia selalu diperkuat dan dijayakan oleh pemain-pemain Muslim keturunan imigran asal Afrika.
“Saya sedang bekerja dan saya akan terus melanjutkannya. Jadi, saya tidak akan melakukan [puasa] Ramadhan,” kata Mesut Ozil pemain tengah kesebelasan Jerman. “Mustahil bagi saya untuk melakukannya (puasa) tahun ini,” imbuh pemain keturunan Turki-Jerman dan lahir di negeri Hitler 25 tahun silam itu.
Berbeda dengan Ozil, kebanyakan pemain Aljazair telah bertekad untuk tetap menjalankan puasa sementara mereka bertanding dalam ajang bergengsi dunia sepakbola itu.
Menurut Hakim Chalabi, seorang dokter yang pernah menangani klub sepakbola Prancis Paris Saint-Germain dan menghadapi banyak pesepakbola yang berpuasa sehingga menjadi pakar di FIFA dalam masalah tersebut, bahaya yang mengancam pemain yang berpuasa saat bertanding disebabkan oleh dehidrasi.
“Itu waktu di mana resiko cedera meningkat, khususnya di bagian pinggang, persendian dan otot,” kata Chalabi dikutip France24 (27/6/2014). Cedera itu lebih disebabkan oleh dehidrasi ketimbang kurang makan, imbuhnya.
“Tingkat asupan gizi perlu diubah. Kualitas makanan juga harus dimodifikasi agar [tubuh] bisa beradaptasi dengan kegiatannya. Pemain harus cukup cairan. Selain itu, kami menyarankan mereka agar tidur siang lebih lama untuk memulihkan kembali apa yang hilang dari tubuhnya di saat tidur,” papar Chalabi.
Madjid Bougherra, seorang pemain veteran dan kapten skuad Aljazair sudah mengikuti saran yang dikemukakan oleh Chalabi itu selama beberapa tahun. Selain daripada itu, menurut Bougherra, semuanya tergantung ketahanan fisik pemain bersangkutan.
“Hal yang paling sulit adalah menjaga agar tidak kekurangan cairan. Tapi it’s okay, cuacanya sedang baik. Sebagian pemain menunda [puasa Ramadhan]. Secara pribadi, saya sendiri akan melihat keadaan fisik saya. Tetapi menurut saya, saya bisa melakukannya,” kata Bougherra.
Claude Leroy, pelatih negara Oman yang pernah menangani tim nasional Senegal dan Ghana di tingkat internasional, mengatakan bahwa sulit untuk benar-benar menghormati bulan Ramadhan selama gelaran Piala Dunia.
Sementara bekas bintang sepakbola Didier Deschamp yang kini menjadi pelatih kesebelasan Prancis, menyerahkan masalah itu kepada masing-masing pemainnya.
“Ini masalah yang sangat sensitif dan rentan. Bukan hak saya untuk mendikte,” ujarnya.
“Kami menghormati agama setiap orang. Hari ini bukan pertama kalinya kami menghadapi situasi semacam ini. Saya tidak khawatir dan setiap orang akan beradaptasi dengan situasi ini,” kata Deschamp yang ikut meloloskan Prancis sebagai juara Piala Dunia 1998 bersama beberapa pemain Muslim seperti Zinedine Zidane, bintang skuad Le Coq keturunan imigran Aljazair.*