ADA tantangan tersendiri dalam menjalani puasa Ramadhan di negara-negara Timur Tengah. Tantangan itu menjadi kesan khusus bagi warga negara Indonesia (WNI) yang berpuasa di sana.
Seperti halnya yang terjadi di Sudan, Afrika, begitu pula yang berlaku di Mesir, setidaknya ada kemiripan.
Tantangan ini pula yang membedakan suasana berpuasa di Indonesia dengan di luar negeri.
Apa gerangan tantangan dimaksud?
“Puasa di Mesir lebih panjang dan (cuaca) lebih panas dibanding Indonesia. Karena di sini bertepatan dengan musim panas. Yang suhunya bisa sampai 45 derajat celsius,” ujar WNI asal Depok, Jawa Barat, Ahmad Zaki, kepada hidayatullah.com saat diwawancarai baru-baru ini, Ramadhan 1439 H.
Ya, durasi berpuasa yang lebih lama dan cuaca cukup ekstrem memang menjadi tantangan tersendiri bagi WNI di banyak negara, termasuk Mesir.
“Tantangan (utama)nya adalah panas dan puasanya lebih panjang,” Zaki, sapaan akrabnya, menegaskan.
Tantangan itu bertambah bagi Zaki karena pada tahun ini, ia berpuasa sekaligus menghadapi ujian sebagai mahasiswa Syariah Islamiyyah Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.
“Ramadhan tahun ini pas banget bertepatan sama ujian,” ujarnya.
Bagaimana tuh rasanya berpuasa sambil mengikuti ujian kuliah?
“Ya lebih pusing lah, Bang, udah puasa, panas, ujian, komplit,” ungkap lajang berdarah Makassar ini.
Baca: Berburu Lailatul Qadar, 400 Ribu Muslim Serbu Masjid Al-Aqsha
Ujian perkuliahan itu dimulai pada tanggal 28 Mei 2018 dan berlangsung sampai 11 Juni mendatang. Meski pusing menghadapi soal-soal ujian dalam kondisi demikian, ia mengaku tetap berpuasa dengan lancar.
“Alhamdulillah bisa teratasi. Mungkin karena berkah bulan Ramadhan kali ya,” ungkapnya.
Di sisi lain, sikap warga Mesir terhadap Ramadhan sangat antusias dan senang. Warga memasang lampu-lampu hiasan yang melambangkan kegembiraan mereka menyambut bulan suci umat Islam ini.*
Baca: Obat Kerinduan Diimami Syeikh As-Sudais di Masjidil Haram