Hidayatullah.com–Di bulan penuh berkah ini mestinya umat Islam, khususnya generasi muda bahu-membahu menguatkan iman dan memperdalam ilmu dengan berbagai aktivitas keilmuan, baik di masjid, sekolah, ataupun tempat-tempat strategis lainnya.
Tetapi entah kenapa, setiap Ramadhan, khususnya menjelang buka puasa, ABG di negeri ini lebih suka jalan-jalan atau nongkrong di pinggir jalan tanpa kegiatan positif yang jelas. Ironisnya tidak sedikit yang berboncengan antar lawan jenis.
“Saya tidak mengerti dari mana kultur seperti itu muncul dan berkembang sampai sekarang,” ungkap Muhammad Ridho, Ketua Umum PB PII kepada hidayatullah.com.
Menurut Ridho, yang juga mahasiswa semester akhir Ilmu Sosial dan Politik UGM ini, kultur jalan-jalan atau populer dengan istilah ngabuburit itu merupakan tantangan pelajar muslim yang bergelut di bidang dakwah.
“Ini tantangan ya. Jadi bagaimana kawan-kawan muda di seluruh pergerakan pelajar atau mahasiswa muslim dapat menemuka solusi terbaik dan turun ke medan guna menyelesaikan budaya yang tidak semestinya itu,” ungkapnya.
Menurutnya, selain membutuhkan kematangan konsep untuk mengajak para ABG yang hobi jalan-jalan sore itu, aktivis dakwah pelajar juga dituntut mental dan keberaniannya plus kreasi dalam dakwah.
“Ya kita kan tidak bisa melarang mereka dengan marah-marah. Apalagi ngajak mereka langsung pindah ke masjid, beratlah. Jadi harus ada konsep yang jelas dan paling penting juga punya mental dan keberanian untuk berdakwah kepada para ABG itu. Selain itu ya perlu kreasilah agar mereka bisa tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang lebih positif lagi.”
“Misalkan dengan nimbrung ke tempat dimana ABG itu ngumpul, kemudian kita melantunkan lagu nasyid di sana. Bahkan kalau perlu adatenda-tenda kecil kita buat dengan berbagai kegiatan positif yang dapat mengalihkan perhatian mereka ke kita,” katanya.
Fenomena ABG jalan-jalan di sore hari menunggu waktu berbuka puasa, menurutnya selain menjadi tanggung jawab aktivis dakwah juga mesti dipikirkan oleh tokoh masyarakat dan pemerintah.
“Mestinya pemerintah tidak berpangku tangan dengan fenomena ABG kita yang demikian apalagi tokoh masyarakat. Soalnya mereka itu aset, pejuang bangsa masa depan. Lha kalau dibiarin apa jadinya. Apalagi ini kan Ramadhan.”
“Kenapa tidak, pemerintah bekerja sama dengan aktivis dakwah pelajar untuk mengarahkan ABG yang seperti itu menjadi lebih baik. Toh jelas gak semua bisa diatasi pemerintah sendirian. Tapi ngomong-ngomong, mau nggak pemerintah ngeluarin dana untuk kegiatan seperti itu, itu masalahnya” tuturnya. [imam/hidayatullah.com]
foto: pemandangan ngabuburit remaja Bandung