Hidayatullah.com– Mengisi kegiatan bulan Ramadhan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Putri Balikpapan, Kalimantan Timur kembali menggelar program Daurah Ramadhan. Daurah diadakan di kampus STIS Hidayatullah Putri, Gunung Tembak, diikuti oleh 70 orang mahasiswi sebagai peserta (10-30/7/2013). Sedianya, daurah yang berlangsung sejak awal Ramadhan ini digelar hingga menginjak hari ke-20 Ramadhan.
“STIS (Hidayatullah) membatasi acara daurah selama 20 hari, sebab 10 hari terakhir akan dimaksimalkan untuk ibadah i’tikaf,” ujar Abdul Ghofar Hadi, Ketua STIS Hidayatullah kepada hidayatullah.com.
Berbeda dengan kegiatan tahun lalu, daurah kali ini dibagi menjadi tiga bagian. Daurah Tahfidz al-Qur’an, Daurah Tahsin al-Qur’an, dan Daurah Bahasa Arab. Masing-masing kegiatan dipandu oleh seorang murabbiyah (penanggung jawab acara).
Untuk Daurah Tahfidz al-Qur’an, STIS Hidayatullah mengamanahkan kepada Ustadzah Adara Safrina. Sedang Daurah Tahsin al-Qur’an, dan Daurah Bahasa Arab masing-masing diserahkan kepada Ustadzah Maftuha dan Ustadzah Karina Chairunnisa. Diharapkan dengan pembagian tema daurah ini, para mahasiswi STIS Hidayatullah bebas memilih kegiatan yang diinginkan, tanpa merasa terbebani dengan acara.
“Pembagian tema daurah ini untuk memudahkan mahasiswi dalam menjalani kegiatan daurah,” ucap Maftuha di sela-sela kegiatan daurah (19/7/2013).
Meski dibagi berdasarkan “suka”, tapi bukan berarti mahasiswi boleh bersantai dan sesuka hati mengikuti daurah. Sebab masing-masing kegiatan memiliki aturan dan target yang harus dicapai sesuai dengan komitmen di awal belajar.
Untuk Daurah Tahfidz al-Qur’an misalnya, setiap peserta wajib menyetor satu juz hafalan secara lengkap selama daurah 20 hari tersebut. Target tersebut diperkuat dengan tuntutan menyelesaikan muraja’ah (pengulangan) hafalan baru mereka dalam waktu 10 hari masa daurah. Untuk setoran hafalan, kebanyakan peserta daurah memilih menghafal juz tiga, menyesuaikan dengan hafalan yang akan disetor ketika masuk kuliah nanti.
“Rata-rata mereka duduk di Semester Tiga STIS, jadi hafalannya juz tiga juga nanti,” ungkap Adara menjelaskan.
Aturan Ketat
Senada dengan itu, Daurah Tahsin al-Qur’an juga menerapkan aturan yang terbilang ketat. Bedanya, peserta fokus membaguskan bacaan al-Qur’an secara tartil (teratur dan sesuai tajwid). Setiap hari mahasiswi mendapatkan bimbingan bacaan secara teori dan praktik. Setelah itu mereka disuruh banyak berlatih membaca dengan target tadarrus al-Qur’an sebanyak 5 juz dalam sehari semalam.
Bagi mahasiswi yang mempunyai kecenderungan memperdalam bahasa Arab, maka tersedia program Daurah al-Lughah (bahasa Arab). Sesuai namanya, program ini fokus kepada peningkatan kualitas berbahasa. Setiap pagi, para mahasiswi diwajibkan taddarrus al-Qur’an sebagai spirit yang tidak boleh terpisah dalam kehidupan seorang Muslim. Khusus Daurah Bahasa Arab, setiap peserta wajib berbahasa Arab setiap berbicara dengan peserta yang lain. Hal ini penting untuk mengasah kemampuan aktif berbahasa.
Awalnya sebagian mahasiswi merasa kaku dengan aturan ini. Namun kini meski masih terbata-bata, perlahan peserta daurah tersebut mulai terbiasa bercakap bahasa Arab.
“Kendala utama belajar berbahasa adalah memulai bercakap,” ungkap Karina, penanggung jawab Daurah Bahasa.
Menurut Karina, kunci utama bahasa adalah banyak berlatih. Mulai dari mendengar, bercakap, membaca, hingga menulis Bahasa Arab.
“Semakin ia banyak berlatih berbahasa, semakin ia merasa mudah nantinya.” imbuh ustadzah lulusan LIPIA Jakarta tersebut.
Seiring perjalanan waktu, STIS Hidayatullah Putri terus berbenah diri. Berbagai inovasi program peningkatan terus diupayakan. Untuk Ramadhan tahun ini, selain mengadakan Daurah Ramadhan sebagai program rutin setiap tahun, STIS juga memberangkatkan puluhan mahasiswi lainnya tugas berdakwah di pedalaman.
Kegiatan tersebut bernama Praktik Kerja Dakwah (PKD). Program ini serupa dengan program PKL di beberapa perguruan tinggi lainnya. Bedanya, STIS Hidayatullah mengambil nama dakwah, sebagai penegasan spirit mahasiswa dalam berkarya.
“Ilmu yang kalian dapatkan di STIS Hidayatullah hanya bermanfaat jika diamalkan dan didakwahkan kepada orang lain,” pungkas Abdul Ghofar Hadi mengingatkan mahasiswa STIS.* Kiriman Masykur/Koresponden hidayatullah.com di Balikpapan