Hidayatullah.com– Kondisi listrik di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) cukup memprihatinkan. Pada Ramadhan ini saja, hampir setiap hari terjadi pemadaman listrik oleh PT PLN (Persero). Dampaknya, ibadah umat Islam di Kota Beriman ini cukup terganggu.
Namun, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) M Jailani berharap umat Islam tetap menghidupkan ibadah Ramadhan. Baginya, ibadah tidak akan terganggu hanya karena persoalan listrik.
“(Bagi) saya ibadah nggak tergantung pemadaman listrik,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Jakarta melalui pesan seluler, Kamis (3/7/2014) malam, 5 Ramadhan 1435 H.
Quddus, warga Gunung Tembak, Balikpapan Timur, mengaku ibadahnya tetap berjalan. Walaupun pada Kamis itu hampir sehari-semalam kampungnya puasa listrik. “Saya (tetap) ke masjid. Kalau di masjid kan terang, ada genset,” ujarnya kepada media ini.
Begitu pula Rasyid, warga Perumahan Citra Bukit Indah, Balikpapan Selatan. Walau merasa terganggu akibat pemadaman listrik, ibadahnya tetap dia jalankan.
“Alhamdulillah, selama di sini mati lampu paling siang. Kalau siang kan nggak terlalu ganggu, soalnya nggak gelap,” ungkap WNI yang sedang berlibur dari kuliahnya di Yaman ini.
Meski begitu, seringnya listrik padam memancing banjir keluhan masyarakat. Quddus mengaku, yang paling terasa saat listrik padam pada malam hari. “Mau mengaji susah,” akunya.
Krisis Listrik di Kota Minyak
MUI Balikpapan, kata Jailani, pernah menemui pihak PLN Area Balikpapan sebelum Ramadhan, Selasa (24/6/2014). Pada pertemuan itu, MUI meminta kerjasama PLN membantu ibadah Ramadhan puasa umat Islam. “Agar PLN sedapat mungkin tidak melakukan pemadaman listrik selama Ramadhan (dan seterusnya),” ungkapnya.
Saat itu, menurutnya, pihak PLN lantas memaparkan krisis listrik di Balikpapan dan sekitarnya. MUI pun dapat memahaminya. “Sosialisasi PLN kepada para ulama diharapkan dapat pula diteruskan kepada umat,” ujar Jailani.
Menurut Staf Bagian Humas PLN Area Balikpapan, Wahyudi, seringnya terjadi pemadaman listrik di Kota Minyak karena banyak faktor. Misalnya, sistem kelistrikan Mahakam yang dipakai PLN Balikpapan juga dipakai Kota Samarinda dan Tenggarong (Kabupaten Kutai Kartanegara/Kukar).
Kemudian, terangnya, permintaan sambungan listrik baru dari masyarakat sangat tinggi. Di Balikpapan, permintaan listrik rata-rata 14 persen pertahun, sementara secara nasional hanya 8 persen.
“Karena tingginya permintaan, sedangkan sambung daya tetap kita layani, sehingga daya (listrik PLN) semakin terbatas,” ujarnya saat dikonfirmasi hidayatullah.com, Jumat (4/7/2014) pagi melalui sambungan telepon.
Sehingga, terangnya, jika ada gangguan sedikit saja, akan terjadi defisit sumber listrik. Salah satu solusi mensiasatinya dengan pemadaman listrik bergilir.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Wahyudi menerangkan, PLN sudah berupaya menambah pasokan listrik. Pertama dengan melakukan kerjasama dengan 2 pembangkit listrik milik swasta, di antaranya di Senipah, Kukar. Prosesnya sejak tahun lalu, kini tinggal menunggu. “Kami hanya beli listrik dari mereka,” terangnya.
Kedua, jelasnya, PLN tengah membangun pembangkit listrik di kawasan Kariangau, Balikpapan Barat sebesar 2×100 megawatt. Tahap pertama akan beroperasi tahun depan.
Wahyudi berharap, masyarakat Balikpapan bisa memaklumi kondisi saat ini. Pihaknya juga telah menyampaikan permohonan maaf melalui media massa.
“PLN punya keinginan baik. Kondisinya memang bukan keinginan kami. Kami juga tidak ingin memadamkan (listrik). Kami juga dalam kondisi siaga,” pungkas Wahyudi yang baru selesai rapat dengan jajarannya di Balikpapan.*