Hidayatullah.com– Ramadhan memiliki banyak keistimewaan bagi kaum Muslimin. Untuk meraih predikat taqwa pada bulan tersebut, kaum Muslimin hendaknya berpacu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadahnya.
Ramadhan juga bulan dakwah. Dakwah adalah kewajiban yang melekat pada diri setiap Muslim tanpa kecuali. Sehingga setiap Muslim adalah dai. Tetapi tidak setiap Muslim memiliki kesempatan untuk menjalankan kewajiban tersebut karena berbagai kesibukan dan keterbatasan.
Lembaga yang berkhidmat kepada para dai yang tersebar di seluruh Indonesia, Persaudaraan Dai Indonesia (Pos Dai), mencoba mengambil peran dalam ladang dakwah yang amat penting ini.
Didasari oleh kesadaran bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan bimbingan dalam berislam, terutama mereka yang berada di wilayah pedalaman dan terpencil, lembaga ini menyediakan “Sekolah Dai”, untuk mengkader para dai selama satu tahun agar memiliki bekal dalam berdakwah ke pelosok negeri.
Saat ini jumalah santri Sekolah Dai sebanyak 29 orang yang berasal dari penjuru Indonesia. Di antaranya, dari Sulawesi, Kalimantan, NTT, Papua, Nias, Mentawai, Natuna, dan dari berbagai daerah lainnya.
Pada Ramadhan kali ini, tepat satu tahun lamanya para dai tersebut belajar. Untuk itu, lembaga ini akan menugaskan mereka keberbagai pelosok negeri.
Para dai itu akan merambah kota-kota yang jauh, menembus daerah terpencil dan minoritas, daerah konflik, serta menghadapi para misionaris. Mereka adalah orang yang memilih untuk berani, demi menerangi kehidupan ini dengan cahaya Islam.
Mereka terus bergerak melakukan perbaikan masyarakat karena menyadari bahwa masih banyak saudara-saudara mereka yang membutuhkan bimbingan dalam berislam, terutama mereka yang berada di wilayah pedalaman, terpencil, miskin sumberdaya, minoritas Muslim, daerah konflik dan bencana, serta daerah yang rawan pemurtadan.
Mereka merakit wilayah-wilayah perbatasan pulau-pulau, dalam jaringan dakwah, mengajak umat bersama-sama membangun negeri ini sekaligus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mereka juga hadir di sudut-sudut keramaian kota, bersama kaum miskin yang termarjinalkan, yang miskin harta, miskin keyakinan, untuk mengangkat harkat dan martabat mereka.
Dai-dai ini adalah para mu’allim (pengajar) al-Qur’an yang terus bekerja dan berkarya meski sepi dari liputan media. Dalam keheningan pamrih itu, mereka merajut pulau-pulau dalam NKRI ini dalam rangkaian cahaya al-Qur’an.
Dengan segala keterbatasan yang ada, bangsa ini tetap harus bangkit untuk memikirkan bagaimana risalah Nabi yang suci ini tidak terputus bahkan terhenti. Karenanya para penggerak dakwah ini harus diperhatikan agar dakwah ini lebih bergairah bagi mereka yang telah mengabdikan dirinya untuk umat.
Pos Dai mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam menjalankan tugas mulia ini, semata-mata untuk kemajuan umat.* Kiriman Zainal/Posdai