APARAT lagi-lagi diberitakan berhasil melumpuhkan terduga terorisme. Kali ini Siyono, warga Dusun Brengkuan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah.
Walau begitu, proses terjadinya kematian Siyono banyak dinilai tidak wajar. Mengapa begitu?
Menurut pihak dari Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 sendiri, Siyono meninggal karena kelemasan setelah mengalami pertengkaran di dalam mobil dengan pihak densus.
Diduga Siyono berkelahi dengan anggota Densus karena dia bermaksud melawan anggota. Anehnya, pernyataan ini berbeda dengan tim medis yang menyatakan bahwa penyebab kematian Siyono diduga akibat penganiayaan. Bagaimana mungkin dia bisa melawan, sementara dia sendiri di borgol kaki, tangan dan lehernya.
Tindakan Densus 88 tersebut mendapat perhatian dari berbagai pihak, diantaranya dari Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) dan Ketua Pemuda Muhamadiyah atas ketidakprofesionalan mereka, seharusnya mereka dibubarkan saja. Densus sendiri, mendapat sokongan dana sebesar 1,9 t dari luar negeri. Namun, jika melihat rekam jejak nya selama ini, rasanya begitu menyayangkan dana sebesar itu digelontorkan justru untuk membunuhi warga Muslim yang tidak berdosa. Mengapa hanya warga Muslim saja? Sementara pelaku kriminal lain seperti OPM dan pengebom Mall Alam Sutra tidak pernah seserius penanganan terhadap pelaku yang berasal dari kaum Muslim.
Kini, Kita sendiri tidak begitu tahu apa sebenarnya motiv teroris melakukan aksi teror itu. Apakah untuk Islam? Benarkah? Karena justru atas tindakan mereka malah memunculkan Islamopohobia. Keberadaan “teroris” entah itu teoris yang memang benar-benar ada atau imajinasi saja, telah menjadikan legimitasi atas orang Barat mengintervensi kaum muslim.
Sebut saja misalnya di Afganistan, atas dasar teroris, ribuan warga sipil Afganistan di bombardir. Atas dasar terorisme, negara-negara adidaya semakin bisa mengokohkan pengaruh nya untuk turut campur tangan tentang urusan negara lain dengan dalih “mejaga keamana dunia dari terorisme”.
Sebenarnya siapa terosrisme sesungguhnya? Rasanya yang selalu disudutkan atas dasar pelaku terorisme hanya umat Islam saja, umat Islam semakin terhina, diinjak-injak, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Akankah semua kini kit diamkan saja.
Tidak rindukah dengan Islam yang Allah katakan sebagai Rahmatan Lil Alamin, tapi faktaya sangat jauh sekali. Memang selagi kita masih mengikuti millah atau jalan selain Islam tidak akan pernah digapai kemulaian oleh umat Islam. Hanya kehinaan demi kehinaan lah yang didapatkan. Wallahu Alam bisawab.*
Nurjihan B Amir | Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran