MENINGKATNYA jumlah Muslim Eropa bergabung dengan jajaran kelompok pejuang ISIS di Iraq dan Suriah, telah menyebabkan keprihatinan mendalam di kalangan komunitas Muslim di Eropa.
Beberapa pemimpin komunitas Muslim di Eropa dan perwakilan masyarakat sipil telah berbicara kepada Anadolu Agency tentang masalah ini.
“Orang-orang menonton insiden di Suriah dari televisi. Mereka menyaksikan tangisan perempuan dan anak-anak untuk membantu. Kami baru saja mengalami hal ini di Gaza. Perasaan ketidakadilan di Timur Tengah mempengaruhi pemuda di Eropa secara negatif,” kata Dr Omer El-Hamdoon, presiden Asosiasi Muslim Inggris.
Didirikan pada tahun 1997, asosiasi ini dikenal aktif berpartisipasi dalam protes menentang perang Iraq.
Dengan menyatakan bahwa asosiasi ini terus mengikuti berita tentang meningkatnya jumlah warga Eropa bergabung dengan ISIS, Hamdoon mengatakan: “remaja ini ingin bereaksi menentang perang dan ketidakadilan di negara-negara Muslim yang dilanda perang.”
Hamdoon juga mengatakan, sebagian dari pemuda Muslim Inggris pergi ke Timur Tengah untuk membantu orang dan upaya memberi bantuan kemanusiaan, bukan untuk berjuang bersama kelompok ekstremis.
“Namun, beberapa pemuda lainnya memilih cara lain untuk membantu kelompok pejuang. Mereka berpikir tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk saudara-saudara Muslim mereka. Mereka tidak menemukan cara lain, dan memutuskan untuk pergi dan berjuang bersama ISIS,” katanya.
Dia mengkritik media Inggris yang hanya menargetkan komunitas Muslim di Inggris.
“Memang benar bahwa ISIS melakukan propaganda melalui internet untuk menarik kaum muda Muslim di Inggris. Namun, kaum muda yang bergabung dengan mereka tidak hanya para “pengangguran” dan kelompok yang “marah”. Mereka memberikan reaksi emosional terhadap insiden terbaru di Tengah timur.”
Diskriminasi terhadap Muslim
Bekir Yilmaz, kepala Komunitas Turki di Berlin, mengatakan, alasan utama kehadiran mereka ke kelompok-kelompok seperti ISIS adalah akibat diskriminasi terhadap masyarakat Muslim di Jerman, Prancis, dan Inggris.
“Adanya masalah keluarga dan sosial, serta diskriminasi terhadap mereka, membuat pemuda di negara-negara (Eropa) mencari posisi memuaskan di dunia. Ketika mereka bergabung dengan ISIS, mereka merasa penting dan istimewa,” kata Yilmaz.
Dia menyarankan keluarga Eropa untuk lebih memperhatikan anak-anak mereka. “Kita harus mengajarkan anak-anak kita filosofi dasar Islam bahwa ‘membunuh seorang manusia sama dengan membunuh seluruh umat manusia.'”
Ebubekir Ozture, kepala Badan Kontak bagi umat Islam dan Pemerintah Belanda, juga menyebutkan persoalan diskriminasi sebagai alasan yang paling penting.
“Kita harus sampai ke akar masalah dan menyelesaikannya sepenuhnya. Artinya keluarga dan asosiasi Islam memiliki tanggung jawab yang besar,” katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ia menekankan bahwa masalah tersebut tidak dapat diselesaikan hanya dengan langkah-langkah hukum belaka, masyarakat harus merangkul pemuda-pemuda yang merasa terasing tersebut.
Presiden Komunitas Islam Fuat SANAC di Austria mengatakan, semua agama memiliki beberapa sisi ekstrimis. “Namun, perbuatan militan ISIS tidak boleh disamakan terhadap semua Muslim. Yahudi dan Kristen juga pergi ke luar negeri untuk berjuang.”
Dia menolak persepsi bahwa banyak umat Islam mendukung ISIS. “Ini hanya propaganda negatif terhadap umat Islam,” katanya.*/Bagian ketiga dan tulisan terakhir ini dikutip dari laman World Bulletin, Senin (8/9/2014) [Habis]