Hidayatullah.com–Selama bertahun-tahun, Iran memberi dukungan kepada Presiden Suriah, Bashar al Assad. Namun mendadak, Assad mencari bantuan dari negeri Beruang Merah. Mengapa?
Seorang pegawai kedutaan Rusia di Damaskus mengungkapkan bahwa alasan utama Assad mencari bantuan kepada Moskow adalah ketakutannya atas musuhnya. Namun di saat yang bersamaan, rasa takut kepada sekutunya juga datang. Sekutu tersebut adalah Iran.
“Assad serta orang-orang di sekelilingnya takut kepada Iran,” ujar orang Rusia tersebut kepada Der Spiegel Online.
Tidak hanya rasa takut, Assad juga diliputi rasa geram karena merasa Iran memperlakukan Suriah seperti negara koloni. Assad merasa dia salah mempercayai tujuan Teheran, di mana pada akhirnya posisi Assad tidak akan penting lagi. Oleh karena itu Assad meminta tolong pada Rusia.
Apa yang diplomat Rusia tersebut katakan sedikit mengejutkan awalnya. Tanpa perlengkapan dari Iran, Afghanistan, Pakistan, Iraq dan Libanon – yang rekrutan sera transfernya diorganisasi oleh Tentara Revolusi Iran – pemerintahan Assad akan telah lama berakhir. Namun komentar-komentarnya adalah pelengkap bagi sejumlah detil-detil tambahan yang membentuk sebuah potret dibalik layar tentang perebutan kekuasaan, yang menyibak gambar baru tentang kondisi rezim di Suriah dan prospek negara tersebut secara keseluruhan.
Tentara Revolusi Iran telah lama merencanakan dan melaksanakan misi-misi dan operasi-operasi paling penting dalam rezim Suriah. Mereka bertanggung jawab, hingga ke detil-detilnya, untuk misi pertahanan di Aleppo dan Daraa yang cukup jarang, yang dimulai pada 2013.
Di Iran, Tentara Revolusi adalah salah satu grup yang ingin melanjutkan ‘Revolusi Islam’ – sebuah kemenangan Syiah atas Sunni. Mereka adalah negara di dalam negara, sebuah lembaga yang memiliki beberapa perusahaan dan hanya menjawab kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei. Presiden Hassan Rouhani tidak memiliki kekuatan terhadap Tentara Revolusi sama sekali.
Tujuan akhir mereka lebih dari sekedar menetapkan kembali status quo di Suriah. Pada awal 2013, Hojatoleslam Mehdi Taeb, salah satu dari pembuat rencana dibalik keterlibatan Iran di Suriah menyatakan: “Suriah adalah provinsi ke-35 dan sebuah provinsi yang strategis untuk kami.”
Selama beberapa dekade, aliansi antara Assad dan Iran adalah hubungan yang menguntungkan, terutama pada oposisi terhadap Iraq di bawah Saddam Hussein, yang telah lama berada di atas negara tersebut.
Namun kini, Assad bergantung kepada Iran untuk tetap berkuasa, dan Teheran mengambil kesempatan dalam situasi itu.
Menggunakan beragam cara, baik sipil maupun militer, Teheran kini dalam proses menetapkan diri mereka di Suriah. Secara militer, mereka dipegawaikan untuk menguatkan milisi Syiah Hisbullah di area-area dekat perbatasan Libanon. Untuk mencapai tujuan tersebut, Tentara Pertahanan Nasional Suriah dibentuk, sebuah pasukan yang eksis disamping tentara Suriah regular dan termasuk di dalamnya puluhan ribu milisi yang dilatih di Iran.
Tetap saja, Tentara Pertahanan Nasional mulai memisahkan diri dan bergabung ke milisi-milisi mafia lokal dan membantu hilangnya kekuasaan di daerah tersebut. */Tika Af’idah (bersambung)