Pada saat yang bersamaan, untuk meningkatkan kepercayaan para pembayar zakat, infaq, shodaqah dan wakaf, para badan atau lembaga zakat harus bersinergi dengan lembaga sejenis serta meningkatkan tingkat akuntabilitas misalnya dengan mengikuti standar PSAK 109 mengenai Akuntansi Zakat untuk pelaporan keuangannya.
Mereka juga harus lebih lihai dalam memasarkan produk zakat dengan tidak mendahulukan menjual ‘kemiskinan’ para mustahik tetapi yang paling penting adalah apa yang dapat muzakki petik manfaatnya, yaitu dalam menggapai ketenangan dan keberkahan dalam keuangan dan hidup dunia akhirat (Baca artikel Sakinah Finance: “Marketing Zakat dan Keluarga Sakinah”).
Situasi mikro Indonesia; keluarga
Dari sisi bacaan keluarga yang berdasarkan sumber dari mitra media yaitu Antara, MySharing, Republika, Hidayatullah, Suara Islam, Islampos, dan detik.com, termasuk website STEI Tazkia dan fan page Sakinah Finance nampak bahwa kesadaran untuk lebih tahu hidup syarat syariah makin meningkat. Tanggapan yang sama bukan hanya tulisan yang bersumber dari Sakinah Finance tetapi juga tulisan dari para perencana keuangan syariah di tanah air.
Dari jumlah “LIKES” dan “VIEWS” bacaan gaya belanja dan gaya hidup sesuai syariah mendapatkan perhatian yang lebih tinggi dibandingkan tipe-tipe investasi syariah.
Investasi syariah
Perjalanan perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah sudah berjalan 23 tahun. Pertama yang disosialisasikan oleh para penggerak keuangan syariah adalah lebih banyak dari sisi perhimpunan dan pelepasan dana. Artinya untuk tahun 2015 dan 2016 mendatang dua hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dipromosikan besar-besaran lagi. Masyarakat lambat laun sudah dididik mengenai investasi dari yang paling sederhana yaitu tabungan hingga ke sukuk retail.
Selanjutnya, para Lembaga Keuangan Syariah (LKS) diharapkan untuk lebih pandai berinovasi dari segi kenyamanan produk dan pelayanan untuk menambah loyalitas nasabah ataupun menggerakkan arus nasabah dari yang hanya tahu syariah naik kelas hingga mau ber-syariah.
Tambahan, para nasabah sudah memiliki tingkat melek keuangan (financial literacy) peringkat dasar yang makin tinggi dan saat ini mereka sangat peka terhadap terhadap esensi syariah. Maka dari itu, kesesuaian syariah harus makin diperjelas dan diperdalam. Jika tidak, nasabah yang hanya menggunakan logika ketika mencerna prilaku LKS akan kecewa dan tidak segan untuk putar haluan kembali ke konvensional.
Walaupun demikian, banyak keluarga masih bingung bagaimana meletakkan dananya dalam berbagai bentuk investasi, mengikuti nasihat klasik para perencana keuangan:”do not put your eggs into one basket”. Maka dari itu, para LKS harus dibantu oleh segenap struktur pendukung untuk lebih dapat menggapai masyarakat terutama yang berkarya dan bertempat tinggal di luar negeri. Minat para ekspat di kelas menengah untuk berinvestasi di tanah air sendiri masih sangat dominan. Tidak kalah penting, edukasi tentang teknis pengelolaan keuangan keluarga syariah perlu terus ditingkatkan.
Satu hal yang dapat menjadi perhatian di tahun 2016 adalah para LKS sebaiknya memperhatikan minat nasabah/calon nasabah yang ingin buka rekening atau berinvestasi dari luar negeri. Kebijakan membuka rekening baru baik itu rekening bank dan rekening takaful masih belum memberikan fleksibelitas dikarenakan “KYC” (Know Your Customer) menjadi salah satu regulasi keuangan. Jika membuka cabang luar negeri memakan biaya tinggi, mungkin dapat disiasati dengan bersinergi dengan lembaga keuangan syariah di luar negeri.
Gaya hidup
Karena meletakkan gaya hidup di posisi penting, pembelian barang – barang impor makin meningkat walau terpaksa berhutang. Himbauan untuk mengurangi pembelian barang – barang impor dapat membantu pemerintah untuk menaikkan produksi dalam negeri dan menguatkan kurs rupiah. Termasuk juga kesadaran untuk tidak berhutang yang tidak perlu dapat lebih memantapkan perencanaan investasi untuk pendidikan dan kebutuhan masa depan lainnya.
dan keberkahan dalam keuangan keluarga. (Baca artikel Sakinah Finance: “Eat Well and Halal for Less”, RoL, 28 Nov 2015).
Muhasabah diri dan keluarga
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bagi keluarga yang sudah menerapkan pengelolaan keuangan keluarga dengan rujukan kalender masehi pada tahun 2015 tentunya sudah tutup buku kemarin. Saatnya mengevaluasi (muhasabah) diri dan keluarga, renungi apa yang sudah diterima dan dikeluarkan termasuk investasi, hutang piutang, zakat, infaq dan hal – hal emergensi selama setahun.
Bersama segenap anggota keluarga, rencanakan lagi apa yang akan dibuat untuk tahun 2016 ini, tulis apa saja impiannya dan perkiraan pendapatan dan pengeluaran, terutama zakat yang harus lebih teliti lagi perhitungannya. Termasuk juga meninjau perencanaan jangka menengah dan panjang apakah perlu dibuat penyesuaian di sana sini.
Dari Syaddad bin Aus r.a., dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Imam Tirmidzi No. 2383, dia berkata, hadits ini hasan).
Akhirul kalam, mari kita bertaubat dan istighfar atas dosa dan semua hilaf yang dibuat dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, serta berazam untuk menjadi lebih baik. Sesungguhnya kita harus memperhatikan apa yang kita perbuat untuk hari akhirat nanti (QS. Al Hasyr (59): 18). Maka dari itu mari kita songsong masa depan dengan cerdas dan semangat. Wallahu a’lam bis-shawaab. Salam Sakinah!
Sakinah Finance, Colchester – Inggris