Oleh: Ahmed Abou Douh
APAKAH kita sedang menyaksikan lahirnya sebuah model baru Saudi, yang lebih modern dan terbaru?
Apakah Arab Saudi abad ke 20 berada di atas dan apakah kelahiran Arab Saudi yang lebih kuat, lebih bertenaga dan lebih kekal tidak dapat terhindarkan?
Jawaban dari semua pertanyaan itu ialah: Iya. Ini merupakan awal dari kerajaan Saudi keempat.
Perubahan dalam kemiliteran Saudi bertujuan untuk memberi kerajaan sebuah realitas militer baru jauh dari tradisi masyarakat konservatif. Perombakan kepemimpinan dibutuhkan sehingga perubahan bertahap dan diam-diam dalam masyarakat militer Saudi dapat diimplementasikan.
Tampaknya terdapat rencana untuk ‘mensekularisasikan’ institusi militer dan mempersiapkan mereka untuk menerima program-program modernisasi. Lebih konkritnya, militer harus menerima dan merespon rencana baru untuk industri militer lokal dan, lebih jauhnya, perlu terbuka terhadap teknologi baru.
Baca: Kenaikan Mohammad bin Salman: Kemajuan atau Kemunduran
Tidak akan mungkin membebaskan militer Saudi dari ide-ide relijius ekstrimis kecuali melalui sebuah peran yang lebih besar bagi wanita.
Dibolehkannya perempuan Saudi untuk bergabung dengan angkatan bersenjata akan membantu mengubah masyarakat Saudi dengan cara yang sama seperti memiliki sekolah mixed-gender. Dimulai dengan militer, Arab Saudi bergerak menujuk tingkat normalisasi hubungan pria-wanita yang dibutuhkan.
Normalisasi ini tetap tidak lengkap dan tidak cukup untuk memperkenalkan sebuah revolusi sosial. Reformasi ekonomi dan politik tidak selalu cukup untuk membawa perubahan mendasar dalam kapasitas sebuah negara. Mesin yang sebenarnya bagi perubahan sosial ialah reformasi sosial. Reformasi ini masih dalam tahap awal di Arab Saudi.
Arab Saudi akan kesulitan untuk mencapai perubahan kualitatif yang diinginkan tanpa menyingkirkan ‘ekstrimisme relijius’, karena melalui ekstrimisme relijiusnya dunia mengenal Arab Saudi dan melalui prisma inilah orang Saudi mengidentifikasi negara mereka.
Selama berdekade, Arab Saudi merupakan contoh bentuk teori atau filosofi Islam paling tradisional dan konservatif. Selama 1970-an, gelombang kuat konservatisme relijius dikenal sebagai “kebangkitan kembali Islam” melanda seluruh kerajaan, tidak terkendali dan tidak dapat dicegah. Menjadi tidak mungkin mengendalikan gelombang ini di dunia Muslim dan non-Muslim.
Harga intelektualnya tidak jelas saat itu, yang mungkin menjelaskan rasa non-politiknya, tetapi pengaruhnya sangat menghancurkan.
Konservatisme relijius Saudi memudar dan menyurut dan mempengaruhi wilayah itu secara tidak konsisten. Ketika mendapatkan kekuatan, monarki Saudi, seperti Raja Fahd, mencoba untuk menghadapinya dan menjepit sayapnya. Konfrontasi seperti itu, bagaimanapun juga, kebanyakan dilakukan dengan memajukan sudut pandang alternatif dan interpretasi tanpa efek yang nyata pada realitas Saudi.
Kelompok Salafi menggunakan mengontrol masyarakat secara luas. Mereka bertahan dan melindungi diri mereka sendiri dengan mengakomodasi mood otoritas lokal, sedemikian rupa sehingga tidak ada negara Islam yang bebas dari nya. Benteng-benteng ini merupakan duta sesungguhnya bagi dogma Salafisme Saudi. Begitulah pandangan dunia terhadap Arab Saudi.
Sekarang, angin perubahan sedang bertiup di Arab Saudi. Terdapat tekad yang nyata untuk menghadapi masalah daripada menyapu mereka ke ‘bawah karpet’. Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman bin Abdulaziz menyadari peran alaminya dan kemalangan pentingnya untuk membawa Arab Saudi keluar dari budaya tahun 1930-an, ketika negara itu didirikan, dan ke dalam dunia yang berbeda.
Arab Saudi dari milenium sebelumnya memberi jalan kepada Putra Mahkota baru Arab Saudi di mana peran wanita tampak besar.
Keputusan ini – dengan membolehkan wanita berkendara, menghadiri permainan bola, konser, festival dan perayaan nasional – akan tetap berada di tahap embrio kecuali para ekstrimis relijius dihadapi. Beberapa kelompok Salafis merupakan bintang media dan aktif di masjid-masjid dan media sosial. Lainnya tetap bersembunyi di bawah sampul institusi resmi.
Perubahan dalam militer Saudi tepat waktu. Perang di Yaman telah menjadi perang yang berlarut-larut tanpa adanya tanda kemenangan yang jelas atas pemberontak Syiah al Houthi dukungan-Iran.
Namun, pergeseran menjadi “Islam moderat” (Islam yang disukai Barat, red) perlahan menuju Arab Saudi.*
Penulis kelahiran Mesir, dimuat di laman thearabweekly.com, diterjemahkan Nashirul Haq AR