Hidayautllah.com—Ilich Ramirez Sanchez akan menghadiri persidangan banding vonis penjara seumur hidup ketiga yang diterimanya dalam dakwaan pemboman di Paris 1974 yang menewaskan dua orang.
Ilich Ramirez Sanchez, yang dijuluki sebagai teroris politik “Carlos the Jackal”, hari Senin (5/3/2018) muncul di pengadilan banding vonis hukuman seumur hidup ketiga yang diterimanya tahun lalu, dalam kasus pemboman di Paris tahun 1974. Persidangan kali ini merupakan kesempatannya terakhir untuk membela diri di pengadilan.
Francis Vuillemin, yang sejak lama menjadi pengacaranya bersama Isabelle Coutant-Peyre yang sekarang menjadi pasangannya, mengatakan bahwa Sanchez akan mengajukan pemberhentian kasusnya.
Sanchez, pria kelahiran Venezuela yang kini berusia 68 tahun, membantah terlibat serangan di Publicis Drugstore di Saint-Germain-de Pres yang berada di Left Bank Paris. Dua orang tewas dan 34 lainnya terluka ketika sebuah granat dilemparkan dari mezzanin restoran ke arah ruangan di bawahnya yang dipadati banyak orang ketika itu.
Sebelumnya Sanchez sudah menerima dua vonis hukuman penjara seumur hidup dalam kasus serangan-serangan tahun 1982-1983 yang menewaskan 11 orang.
Dia menjadi salah satu buronan paling terkenal di era 1970-an dan 1980-an, setelah melakukan beberapa serangan dengan alasan pro-Palestina.
Meskipun tidak ada bukti-bukti DNA atau sidik jari yang ditemukan setelah pemboman tahun 1974 di Paris itu, para hakim mengatakan bahwa semua bukti yang ada mengarah pada Sanchez.
“Terdapat kelemahan yang amat sangat dalam kasus ini, yaitu saksi-saksi yang dimanipulasi oleh petugas keamanan, para pendusta dan bukti palsu,” kata Vuillemin seperti dilansir Deutsche Welle.
Di awal persidangan tahun 2017, Sanchez pernah berkata dengan bangga, “Tak seorang pun dalam perlawanan Palestina yang telah mengeksekusi orang lebih banyak dari yang telah saya lakukan.”
Sachez mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dalam wawancara tahun 1979 dengan majalah Prancis berbahasa Arab El Watan Al Arabi, tetapi dia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melakukan wawancara tersebut.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa pemboman atas Publicis Drugstore merupakan satu dari sejumlah serangan yang dilakukan guna menekan pemerintah Prancis agar membebaskan seorang anggota Japaneses Red Army, yang telah ditangkap di bandara Orly Paris.
Japanese Red Army dulu beraliansi dengan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) di mana Sanchez menjadi salah satu operatif utamanya di Eropa.
Kasus itu memakan waktu sangat lama untuk diajukan ke meja hijau, karena sebelumnya kasus pernah ditolak akibat kurang bukti. Kasus kemudian dibukan kembali setelah Carlos the Jackal ditangkap dan dipenjara di Prancis. Selama itu para pengacaranya berusaha keras untuk membebaskan Carlos dari tuduhan tersebut.
Nama beken Sanchez tersebut diambil dari nama tokoh teroris fiktif dalam novel 1971 karya Frederick Forsyth berjudul The Day of the Jackal.*