ISTILAH Ahlul Bait sering kita dengar. Namun, diantara kita mungkin belum banyak tahu apa dan siapa yang dimaksud dengan Ahlul Bait.
Ahlul Bait sendiri dalam arti kata adalah keluarga atau anggota rumah tangga. Ahlul Bait dalam arti umum adalah setiap orang yang beriman. Rasul Shallallhu ‘Alaihi Wassallam pernah ditanya, “Siapakah keluarga Muhammad itu? Dijawab oleh beliau, Keluarga Muhammad adalah setiap orang yang bertaqwa.” (HR. Ath Thabrani).
Sedangkan di dalam permasalahan zakat (yang diharamkan menerima zakat atau shodaqoh), dikatakan oleh imam Malik rahimahullah-, “mereka adalah Bani Hasyim.” Adapun Imam Syafi`i rohimahullah- mempunyai pandangan berbeda, bahwa yang dimaskud Ahlul Bait dalam bab zakat adalah Bani Hasyim dan Muthallib.
Sementara itu, dalam arti khusus yang dimaskud Ahlul Bait adalah keluarga Nabi, yakni orang-orang yang mendapat fadhoillul ikhtishos (keutamaan-keutamaan) dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Mereka adalah, sebagaimana yang yang disepakati ulama, Ahlul Kisa` yang terdiri dari Rasulullah sendiri, Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan dan Imam Husain, di mana saat itu Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Ya Allah, mereka adalah Ahlul Bait-ku, maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.” (HR. Ahmad, Turmudzi, Al Hakim, Ath Thabrani)
Para ulama juga menggolongkan isteri-isteri Rasul sebagai bagian Ahlul Bait. Hal itu tersimpulkan dalam ke-umuman ayat yang mulia (ayat 33 surah Al Ahzab) dan berdasarkan bunyi hadits, “Ya Allah, limpahkanlah shalwat atas Muhammad dan istri-istri serta keturunannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Nasa`i dan Ahmad.)
Maka, Ahlul Bait meliputi orang-orang yang bernasab dan bercabang dengan baginda Rasul dan juga dengan istri-istri beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Keutamaan Ahlul Bait
Banyak sekali hujjah-hujjah yang bisa diajukan untuk mengangkat keutamaan Ahlul Bait. Semua dalil itu bisa dilacak lewat Al Qur`an maupun Al Hadits.
Firman Allah Subhanahu Wata’ala, “Sesungghnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 23)
“Katakanlah (Hai Muhammad): kepada kalian aku tidak meminta upah apapun juga atas seruanku atas kecuali rasa kasih sayang dalam kekeluargaan.” (QS. Asy Syura: 23)
Imam Ahmad bin Hanbal, Thabraniy dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits berasal dari Ibnu Abbas ra. yang mengatakan, bahwa setelah turun tersebut di atas, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah kerabat anda yang wajib kita berkasih sayang kepada mereka?” Rasulullah menjawab, “Ali, Fatimah dan dua orang anak mereka berdua.”
Lebih dari itu, Rasul juga telah bersabda, “Perhatikanlah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pada Ahlul Baitnya.” (HR. Bukhari)
Ibnu Taimiyah rohimahullah- menerangkan keagungan Ahlul Bait. Oleh karena itu, wajib kiranya kita semua menaruh rasa ta`dzhim kepada mereka secara proposianal, adil dan tidak bertingkah laku ghuluw (ekstrim) sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian umat Islam terhadapnya.
Ibnu Taimiyah dalam bukunya Al Washiyyatul Kubra memberi keterangan, ..”Para anggota keluarga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mempunyai beberapa hak yang wajib dipelihara sebaik-baiknya. Allah telah memberi hak kepada mereka untuk menerima bagian dari seperlima ghanimah (rampasan perang), dan Allah telah memerintahkan umat Islam menyampaikan shalawat kepada mereka bersama dengan shalawat yang disampaikan kepada Rasulullah.”
Dalam buku lainnya yang bertajuk Al Aqidatul Wasithiyyah, Ibnu Taimiyah dengan tegas membenarkan sikap Ahlus Sunnah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Ia menulis, “Mereka mencintai Ahlul Bait Rasulullah saw yang oleh mereka dipandang sebagai pemimpin dan mereka menjaga hak-hak mereka dengan baik, berdasarkan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam yang diucapkan di Ghadir Khum: “Kalian kuingatkan kepada Allah mengenai Ahlul Baitku!” [baca juga: Mencintai Ahlul Bait Rasulullah Adalah Ciri Ahlus Sunnah]
Ahlul Bait di Indonesia
Anak cucu Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam banyak bertebaran di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mereka ikut berjuang menyebarkan risalah Islam di Nusantara, khusunya Jawa, yang saat itu masih lekat dengan pengaruh-pengaruh klenik, mistik, khurofat dan sebagainya. Meskipun demikian, masih ada sebagian orang yang menyangsikan adanya Ahlul Bait di Indonesia, khususnya orang-orang yang dinamakan atau dipanggil oleh masyarakat dengan sebutan Habaib.
Gelar Habib (jamaknya Habaib) telah berlaku di Hadramut semenjak abad 11 hingga 14 H. Menurut istilah Habib adalah orang yang nasabnya bersambung dengan Alwi bin Ubaidillah. Istilah ini mulai berlaku pada masa Abdurrahman Al Athas. Beliau menciptakan istilah ini dengan tujuan menarik rasa cinta yang tulus dari orang mukmin yang membenarkan akan kewajiban mencintai Ahlul Bait mengalahkan pada yang lainnya sebagaimana hal itu diterangkan Qur`an dan Hadits.*/Ali Akbar bin Aqil