Burdah adalah pakaian sejenis jubah atau mantel yang digunakan seseorang, namun istilah burdah kini dikenal sebagai kasidah atau puisi tentang pujian kepada Nabi Muhammad
Hidayatullah.com | SETIAP kali mendengar kata Burdah, yang sering terlintas dalam pikiran kita adalah Kasidah Burdah, karya Imam Al-Bushiri, atau juga karya Ka’ab bin Zuhair, sebuah kasidah indah tentang akhlak Nabi Muhammad ﷺ. Namun bila kita tilik lebih dalam, asal kata Burdah adalah sebuah pakaian, yang menyerupai jubah atau selimut.
Dalam beberapa Mu’jam, kata burdah adalah “كساء يُلْتَحف به كالعباءة” busana yang dikenakan, atau dibuat selimut seperti jubah. Burdah merujuk pada pakaian yang digunakan seseorang, seperti pakaian jubah. Misalnya, “اشترى بُرْدَة يمنيَّة” dapat diterjemahkan sebagai “seseorang membeli jubah Yaman.”
Burdah adalah pakaian sejenis jubah atau mantel yang digunakan seseorang, juga dikenal dengan abaya, atau Aba’ah. Namun istilah burdah sudah tidak umum digunakan sebagai pakaian, dan lebih dikenal sebagai kasidah atau puisi tentang pujian kepada Nabi Muhammad.
Sedangkan pakaian kekinian yang digunakan oleh orang Arab lebih dikenal dengan; abaya, thobe, kandura, ghutrah, shemagh, igal, dan beberapa jenis lainnya. Kata burdah, sudah tidak dikenali lagi.
Burdah dalam sisi lainnya adalah jenis puisi panegirik yang ditulis untuk memuji Nabi Muhammad ﷺ. Pada awalnya, ini merujuk pada puisi yang ditulis oleh Ka’ab bin Zuhair, seorang penyair Arab, sebagai permintaan maafnya kepada Nabi Muhammad dan untuk menyatakan kesetiaannya terhadap Islam.
Nabi memaafkannya dan memberinya burdah atau pakaian beliau sebagai tanda pengampunan dan penerimaan. Selain Burdah Ka’ab bin Zubair, Burdah juga dikenal dengan Kasidah Burdah al-Bushiri, yaitu puisi pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ yang ditulis oleh Imam Al-Busiri. Ini dianggap sebagai salah satu puisi pujian terbaik yang pernah ditulis untuk Nabi Muhammad ﷺ.
Imam Al-Busiri, yang nama lengkapnya adalah Sharaf al-Din Muhammad ibn Sa’id al-Busiri (1211–1294 M), adalah seorang penyair Arab terkenal yang terlahir di Mesir pada abad ke-13.
Ada juga Burdah Ahmad Syauqi, yang juga merupakan sebuah puisi pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ. Puisi ini mengikuti pola dan gaya puisi pujian yang telah dikenal sebelumnya, terutama dalam hal irama dan rimanya, mengikuti gaya puisi pujian oleh Al-Busiri.
Bila kita mendengar kata burdah, maka merujuk pada busana atau pakaian, dan juga pada jenis puisi pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ, serta karya sastra yang memuji Nabi oleh penyair Arab, seperti, Ka’ab, Al-Busiri dan Ahmad Shawqi.
Sedangkan video di atas adalah Burdah Sayyida Ali, yang penulis ambil dari Topkapi Turki, dan di bawah pakaian tersebut tertulis, Burdah Ali bin Abi Thalib. Allahu’alam.*/Dr Halimi Zuhdy