DI NEGARA di mana perempuan secara resmi tidak diperbolehkan bermain olahraga di depan umum, mengendarai mobil, atau mengeluarkan fatwa agama pada tingkat resmi, namun dalam pandangan masyarakat umum di Arab Saudi tampaknya secara signifikan lebih terbuka terhadap peran perempuan dalam masyarakat, kata satu penelitian.
Terdapat peningkatan pandangan di kalangan laki-laki dan perempuan Saudi bahwa mereka ingin melihat perempuan Saudi sebagai menteri, diplomat, dan ulama terkemuka kerajaan, menurut penelitian itu.
Studi yang dilakukan oleh Pusat Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid, LSM yang didirikan di bawah payung Kamar Dagang dan Industri Jeddah, mensurvei pendapat dari 3.004 orang di atas usia 18 di 11 kota di seluruh kerajaan.
Ditanya tentang dukungan mereka terhadap perempuan yang bekerja, 88 persen mengatakan mereka mendukung perempuan menjadi pelatih pada klub olahraga perempuan, 57 persen mendukung perempuan bekerja menyiapkan makanan di dapur restoran, dan 44 persen mendukung bekerja di kantor-kantor pariwisata, kata penelitian tersebut, yang salinannya diperoleh dan disiarkan Gulf News (28/5/2014).
Menariknya, 52 persen mengatakan, mereka mendukung perempuan sebagai diplomat, 54 persen mendukung perempuan jadi menteri, 42 persen mendukung perempuan menjadi anggota ulama terkemuka, dan 48 persen mendukung wanita bekerja di pengadilan syariah.
“Hasil ini kejutan yang menyenangkan,” kata Basmah Omair, CEO LSM tersebut. “Pendapat ini cerminan dari seluruh wilayah (Arab Saudi),” katanya kepada Gulf News.
“Secara statistik kami tidak mendapatkan perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Semua orang mendukung gagasan itu dan ini bisa menjadi salah satu alasan yang membuat kita bisa melihat segera ada menteri perempuan atau diplomat,” kata Basmah.
Dukungan perempuan menjadi pelatih pribadi juga di antara “kejutan yang menyenangkan”, terutama pada saat ini ada perdebatan, apakah para pelajar wanita diizinkan melakukan aktivitas fisik.
Lembaga-lembaga yang sudah terbentuk saat ini adalah pusat medis yang di bawah lisensi “fisioterapi”, kata Basmah.
Saat Dewan Syura memperdebatkan terhadap kegiatan olahraga untuk pelajar wanita, pendapat dari penelitian menunjukkan banyak dukungan. Namun memang dalam beberapa tahun ada banyak penentangan terhadap hal ini.
“Studi ini menunjukkan, ada juga suara keras menentang. Tetapi jumlah mereka kecil dibandingkan dengan suara mendukung,” katanya.
Isu-isu Kontroversial
Hal yang sama terhadap isu-isu kontroversial lain yang berkaitan dengan perempuan, termasuk izin wanita mengemudi. Ditanya tentang kesediaan perempuan untuk mengemudi jika diizinkan oleh pemerintah, 47 persen mengatakan ingin mengemudi, dan 53 persen tidak ingin.
Adapun pendapat pria terhadap perempuan mengemudi jika diizinkan pemerintah, 44 persen mengatakan akan mendukung dan 54 persen mengatakan tidak mendukung.
“Yang menyenangkan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, suara yang kami pikir menentang setiap aktivitas perempuan, bukan merupakan suara mayoritas seperti yang kita pikiran sebelumnya,” katanya.
Pusat Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid – yang dewan direksi diketuai putri Raja Saudi, Putri Adelah Binti Abdullah Bin Abdul Aziz– merekomendasikan serangkaian studi lanjutan sebagai langkah-langkah meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan nasional.*