Hidayatullah.com–Gerakan Kristen konservatif Amerika Serikat (AS) sering kali memediasi berbagai perayaan khusus untuk para gadis-gadis remaja berumur 12-13 tahun yang ingin berkomitment di depan orang tua mereka untuk mempertahankan keperawanan dan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Prinsip menjaga keperawanan dan keperjakaan sebelum menikah ini mereka sebut dengan istilah purity ball.
Prinsip purity ball sebenarnya sudah dikenal lama dalam dalam budaya Amerika Konservatif, bahkan aktivitas gerakan ini sudah tersebar di 48 negara bagian Amerika, dimana para gadis diharuskan berdisiplin untuk menjalani “hidup suci demi Tuhan”, sesuai ajaran Kristen.
Perayaan purity ball mirip dengan acara pernikahan, dimana para gadis remaja muda yang masih perawan itu menggunakan busana berwarna putih persis seperti busana pengantin cilik, kemudian gadis-gadis cilik ini berdiri dihadapan ayah mereka yang juga menggunakan busana klasik yang mirip dengan busana pengantin.
Begitu juga dengan para pemuda-pemuda cilik juga melakukan hal yang sama dihadapan ibu-ibu mereka, dan selanjutnya mereka semua berjanji akan menjaga keperawanan dan keperjakaan mereka sebelum menikah.
Selain itu, pada upacara tradisi purity ball ini juga dilaksanakan acara makan malam, selanjutnya ucapan-ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman terdekat, dan juga acara berbagi kado sebagai hadiah untuk para gadis-gadis dan pemuda-pemuda cilik yang akan menjaga kesucian diri mereka dari hubungan-hubungan terlarang di luar nikah.
Sebuah markas Kristen di Illinois yang sering melaksanakan acara-acara perayaan model ini senantiasa mendorong para gadis-gadis cilik –lewat situs-situs elektronik– agar para gadis-gadis senantiasa disiplin menjaga kesucian moral dan tidak ikut terpengaruh oleh tekanan berbagai budaya yang ingin menghancurkan kesucian ini, karena hubungan intim yang hanya dilakukan di dalam frame pernikahan dapat menjaga kelanggengan cinta dan saling percaya.
Berbeda dengan mereka-mereka yang sudah terlebih dahulu kekcolongan alias sudah tak mampu menjaga keperawawannya sebelum menikah yang pasti akan terus menjadi pihak yang akan terus dicurigai dan tidak dapat dipercaya.
Seorang protograger Swedia, David Magnuson berhasil mengabadikan satu album photo moment perayaan komitmen menjaga keperawananan ini dari berbagai perjalanan yang dilakukannya.
Dalam penilainnya terhadap momen-momen ini, mengatakan, “Pada awalnya saya membayangkan bahwa acara-acara ini memberi arti bahwa para orang tua Amerika takut pada sesuatu yang membahayakan anak-anak perempuan mereka atau khawatir terhadap kehormatan anak-anak gadis mereka. Tapi saya sekarang mengerti, bahwa para ayah itu tidak berbeda dengan ayah-ayah lainnya, mereka juga menginginkan agar para putra mereka juga dapat menjaga keperjakaan mereka layaknya para gadis dalam menjaga keperawanannya. Bahkan, para gadis-gadis itu sendiri yang terkadang berinisiatif untuk mengadakan acara-acara seperti ini, dan terkadang para orang tua itu malah tidak tau apa-apa dengan acara-acara komitment menjaga keperawanan ini sebelum putri-putri mereka menyampaikan undangan untuk hadir,” ujar David seperti dilansir The Independent.
Realitas purity ball sebenarnya bukanlah baru dalam agama kristen, sejak 14 abad dahulu al-Quran sudah menyunggung hal ini. Dan ketika realita ini kembali mencuat pada zaman moderen, mungkin Yang Maha Kuasa ingin menunjukkan kepada kita kebenaran Al-Quran yang pernah menyatakan adanya sekelompok gadis-gadis Kristen dan Yahudi (atau yang biasanya disebut sebagai gadis-gadis Ahlul Kitab), yang disiplin menjaga kehormatan dan kesucian dirinya, yang tetap disiplin dan berkomitmen untuk tidak pacaran dan tidak berkasih-mesra sebelum waktunya, dan wanita-wanita Kristen ‘sholehah’ seperti inilah yang masih dibolehkan bagi pemuda-pemuda Muslim untuk mempersuntingnya.
Dalam kehidupan sosial umat Islam, tradisi menjaga keperawanan sebelum menikah seolah menjadi standar keluarga muslim sejak 14 abad yang lalu. Hukum pidananya juga sudah disiapkan bagi para pelanggar jika ketahuan.
Sayangnya, remaja-remaja muslim sendiri seperti tenggelam dalam pacaran yang terlarang itu, sehingga banyak tak mampu menjaga sebelum waktunya.*/Syafruddin Ramly